BELAJAR DALAM PERSPEKTIF
PSIKOLOGI PENDIDIKAN
Oleh: Aminatul Zahroh, 3211073037
PROGRAM SARJANA (S1)
Tarbiyah, PAI 3A
BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar belakang
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan
merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan
jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan
pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik
ketika ia berada di sekolah atau di rumah. Untuk memperoleh hasil yang maksimal
didalam proses belajar hendaklah kita memperhatikan hal-hal yang menjadikan
suksesnya suatu proses belajar, salah satunya ialah efisiensi dan efektifitas
pelajar.
Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah
yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan
akal kepada manusia untuk mampu belajr dan menjadi pemimpin di dunia ini.
Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dari
kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata.
Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk
selalu malakukan kegiatan belajar.
Belajar memiliki arti penting menurut al-Qur’an,
yaitu: 1) Bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk
memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia; 2)Manusia dapat
mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci
orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya karena setiap
apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya; 3) Dengan ilmu yang
dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di mata Allah.
Penggunaan pendekatan, strategi dan metode belajar
yang tepat dapat mengantarkan siswa mencapai hasil belajar. Pendekatan
pembelajaran yang merupakan jalan yang ditempuh guru dan siswa dalam mencapai
tujuan instruksional untuk satuan instruksional tertentu. Oleh karena itu,
dalam sistem dan pendekatan pembelajaran dibuat untuk meyakinkan: 1) ada alasan
untuk belajar; 2) siswa belum mengetahui apa yang diajarkan.[1]
Dari sinilah dirumuskan beberapa permasalahan yang penulis utarakan di bawah
ini.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa saja jenis-jenis belajar dalam Psikologi
pendidikan?
2.
Bagaimana efisiensi belajar menurut usaha dan hasilnya?
3.
Pendekatan apa saja yang dapat digunakan dalam belajar?
4.
Sebutkan metode yang digunakan dalam belajar?
C.
Tujuan pembahasan
1.
Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis belajar dalam
Psikologi pendidikan
2.
Untuk mengetahui dan memahami efisiensi belajar menurut
usaha dan hasilnya
3.
Untuk mengetahui dan memahami pendekatan yang digunakan
dalam belajar
4.
Untuk mengetahui dan memahami metode yang digunakan
dalam belajar
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Jenis-jenis Belajar
Jenis belajar dalam dunia pendidikan mengalami
perkembangan yang cepat, hal ini sejalan dengan kebutuhan manusia yang bermacam-macam. Pengelompokkan
jenis belajar dapat dilihat dari kegiatan belajar, cara atau proses yang
ditempuh dalam belajar, teknik atau metode belajar dan sebagainya.
Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan
perubahan itu bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai ciri-ciri
masing-masing. Para ahli dengan melihat
ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar ini,
disebabkan sudut pandang. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada
kesepakatan atau keragaman dalam merumuskannya. A. De Block misalnya berbeda
dengan C. Van Parreren dalam merumuskan sistematika jenis-jnis belajar.
Demikian juga antara rumusan sistematika jenis-jenis belajar yang dikemukakan
oleh C. Van Parreren dengan Robert M. Gagne.[2] Berikut
ini adalah beberapa bentuk jenis belajar menurut beberapa tokoh
Jenis bentuk belajar menurut Van Parreren dalam
Winkel, (1996) meliputi:[3]
(1) Otomatisme, yaitu terutama meliputi belajar keterampilan motorik, tetapi kadang
dapat juga belajar kognitif, (2) Insidental, yaitu siswa belajar sesuatu tanpa
mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal tertentu, khususnya yang
bersifat pengetahuan mengenai fakta atau data, (3) Menghafal, yaitu orang
menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat
direproduksi kembali, (4) Belajar pengetahuan, adalah orang mulai mengetahui
berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang, (5)
Belajar arti kata-kata, adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam
kata-kata yang digunakan, (6) Belajar konsep, yaitu orang mengadakan abstraksi
yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi benda, kejadian dan orang, (7) Belajar
memecahkan problem melalui pengamatan, yaitu orang dihadapkan pada problem yang
harus dipecahkan dengan mengamati baik-baik dan (8) Belajar berpikir, yaitu
orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, tanpa melalui
pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan, namun dipecahkan melalui operasi
mental
Menurut Gagne jenis belajar dikelompokkan menjadi:[4]
• Belajar Isyarat (signal learning)
• Belajar Stimulus Respon (stimulus response
learning)
• Belajar Rangkaian (chaining learning)
• Belajar Asosiasi Verbal (verbal association learning)
• Belajar Membedakan (discrimination learning)
• Belajar Konsep (concept learning)
• Belajar Hukum / Aturan (rule learning)
• Belajar Pemecahan Masalah (problem solving learning)
Menurut Robert H. Davis jenis belajar terdiri dari
belajar:[5]
• Konsep
• Prinsip
• Pemecahan Masalah
• Kemampuan motor-perceptual
Adapun jenis-jenis belajar menurut Wawan Junaedi
sebagai berikut:[6]
- Jenis Belajar Bagian (part learning, fractioned learning)
Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila
ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya
mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam
hal ini individu memecahkan seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang
satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah
cara belajar keseluruhan atau belajar global.
- Jenis Belajar Dengan Wawasan (learning by insight)
Konsep belajar wawasan diperkenalkan oleh W.Kohler,
salah seorang tokoh psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu
konsep, wawasan (insight) ini merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi
belajar dan proses berfikir. Menurut G Stalt teori wawasan merupakan proses
mereorganisasikan pola-pola tingkah laku
yang telah terbentuk menjadi suatu tingkah laku yang ada hubungannya dengan
penyelesaian suatu persoalan.
- Jenis Belajar dengan diskriminatif (discriminative learning)
Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha
untuk memilih beberapa sifat situasi dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman
dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subyek
diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan.
- Jenis belajar global atau keseluruhan (global whole learning)
Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan
berulang sampai pelajar menguasainya, lawan dari belajar bagian adalah belajar
bagian. Metode belajar keseluruhan sering juga disebut metode Gestalt.
- Jenis belajar insidental (incidental learning)
Konsep belajar insidental ini bertentangan dengan
anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan
. Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak
untuk belajar. Atas dasar ini maka untuk kepentingan penelitian disusun
perumusan operasional sebagai berikut: belajar disebut insidental bila tidak
ada instruksi atau petunjuk yang
diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan.
Dalam kehidupan sehari-hari, belajar insidental ini merupakan hal yang sangat
penting. Oleh karena itu diantara para ahli belajar insidental ini merupakan
bahan pembicaraan yang menarik.
- Jenis belajar dengan instrumental (instrumental learning)
Pada Jenis belajar instrumental, reaksi-reaksi seorang
siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah
siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena
itu, cepat atau lambatnya seorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan
penguat atas dasar tingkat-tingkat kebutuhan. Dala hal ini maka salah satu
bentuk belajar instrumental yang khusus adalah pembentukan tingkah laku.
- Jenis belajar intensional (intentional learning)
- Jenis belajar Laten (latent learning)
Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku
tidak terjadi secara segera dan oleh karena itu disebut laten.
- Jenis belajar Mental (mental learning)
Perubahan kemungkinan tingkah laku yang terjadi disini tidak nyata terlihat,
melainkan hanya berupa proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar
mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris.
Sehingga perumusan operasional juga menjadi sangat berbeda. Ada yang mengartikan belajar mental sebagai
belajar dengan cara melakukan observasi.
- Jenis Belajar Verbal (verbal learning)
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal
degan melalui ingatan dan latihan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan
dalam eksperimen klasik dari ebinghaus.
Dari beberapa jenis belajar di atas ternyata ada yang
memiliki kemiripan atau keasamaan. Walaupun menggunakan bahasa yang berbeda
para tokoh tersebut memiliki ciri khas masing-masing. Penulis sendiri memahami
berbagai jenis belajar tersebut dari beberapa sudut pandang subjek yang
digunakan maupun cara yang ditempuh dalam belajar. Dalam Islam pemilahan
jenis-jenis belajar tersebut belum ada, akan tetapi ada yang masuk dalam jenis
belajar di atas seperti menghafal, berfikir, pemecahan masalah dan sebagainya. Dalam
Al-Qur’an, banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk selalu
menggunakan akal dan memahami dan merenungi segala ciptaan dan kebesaran Allah
di alam ini. Antara lain seperti Q.S.Al-Ghasyiah : 17-20, Q.S.Qaf : 6-10, Q.S.
Al-An’am: 95, Q.S. Al-Anbiya : 66-67.
Belajar
adalah suatu proses perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan,
kemampuan, keterampilan, dan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil dari usaha
yang disengaja dan pengalaman yang terkontrol dan tidak terkontrol.
Menurut
Miarso belajar adalah:
“Learning is the
process by which relatively enduring change in behavior occurs as a result of
controlled and uncontrolled experiences, and also considered as the acquisition
of skills, knowledge, ability and attitude which influence the description and
diagnose of events and people”.
Definisi
tersebut menunjukkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif
permanen pada tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman yang
terkontrol dan tidak terkontrol, dan belajar merupakan proses pemerolehan
keterampilan, pengetahuan, kemampuan, dan tingkah laku yang mempengaruhi
deskripsi dan diagnosa terhadap peristiwa dan manusia.
Dalam
Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, istilah
belajar tidak ditemukan. Istilah yang digunakan adalah pembelajaran.
Pembelajaran didefinisikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah
yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran,
(2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran;
(5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Pada tulisan ini akan
dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan
tentang penggunaan istilah tersebut.
B.
Efisiensi Belajar
Dalam kegiatan belajar yang efisien dibutuhkan
keuletan usaha tanpa menggunakan waktu, tenaga dan biaya yang banyak namun
menghasilkan prestasi yang memuaskan. Sehingga harapan yang ingin dicapai oleh seseorang
menjadi terwujud dengan usaha yang maksimal. Menurut Gie yang dikutip oleh
Muhibbin, Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik
antara usaha dengan hasilnya.[7]
Dari konsep ini, efisiensi dapat dicapai siswa dibagi menjadi dua, yaitu
efisiensi usaha belajar dan efisiensi hasil belajar.
1.
Efisiensi usaha belajar yaitu suatu kegiatan belajar
dapat dikatakan efisien kalau prestasi belajar yang diinginkan dapat dicapai dengan usaha yang minimal. Usaha yang dimaksud segala sesuatu yang
digunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan seperti tenaga dan
pikiran, waktu, peralatan belajar yang relevan dengan kegiatan belajar.[8]
2.
Efisiensi hasil belajar yaitu suatu kegiatan belajar
dengan usaha tertentu memberikan prestasi belajar tinggi.[9]
Menurut Udai Pareek dalam Alex Sobur mengemukakan enam
langkah untuk membuat belajar lebih efektif, yaitu:[10]
1.
Pemerolehan masukan baru berkenaan dengan pengetahuan
dan pengertian (kognitif), atau suatu kegiatan fisik (motorik) atau suatu
perilaku baru. Jika proses berjalan cepat, belajar adalah efektif
2.
Pengasimilasian masukan baru diperoleh dengan cepat dan
ditahan dalam diri dalam waktu yang lama
3.
Belajar bukanlah proses pengumpulan berbagai masukan
4.
Menggunakan masukan secara efektif
5.
Penggunaan pelajaran secara efektif juga berarti
kreativitas
6.
Belajar hendaknya menambah kemampuan orang itu untuk
lebih banyak belajar sendiri.
Tingkat keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh
beberapa faktor, antara lain pendekatan (approach), strategi dan metode. Siswa
yang memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi ternyata hanya mampu
mencapai hasil yang sama dengan teman-temannya. Sebaliknya siswa yang memiliki
kemampuan rata-rata dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik karena
menggunakan pendekatan, strategi dan metode yang efektif dan efisien. Menurut
hemat penulis bahwa penggunaan efisiensi belajar merupakan bagian yang harus
dipahami sebagai proses untuk mencapai hasil belajar yang terbaik, sehingga
prestasi yang di capai menjadi lebih maksimal.
C.
Pendekatan Belajar
Untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran
yang ditekuni siswa ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam belajar.
Diantara pendekatan itu terdapat ciri khusus yang dimiliki masing-masing
pendekatan, mulai dari pendekatan klasik sampai dengan yang modern. Berikut ini
ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan siswa dalam belajar.
1.
Pendekatan Hukum Jost
Dalam pendekatan ini, siswa yang
sering mempelajari materi pelajaran akan lebih mudah untuk mengingat dalam
waktu yang lama. Misalnya siswa belajar 3 jam sehari selama 5 hari akan lebih efektif
dari pada belajar 5 jam sehari selama 3 hari. Pernyataan ini sesuai dengan hukum
Jost, Menurut Reber yang dikutip Muhibbin asumsi yang mendasari hukum Jost
adalah siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah
memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia
tekuni.[11]
2.
Pendekatan Ballard dan Clanchy
Pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan. Cara menyikapinya yaitu: 1) sikap
melestarikan apa yang sudah ada (concerving); 2) sikap memperluas (extending).
Berikut ini adalah tabel perbandingan tipe, strategi dan tujuan masing-masing
pendekatan Ballard dan Clanchy.
Tabel 1
Perbandingan pendekatan belajar
Ballard dan Clanchy
Reproduksi
|
Analisis
|
Spekulatif
|
Strateginya:
-
Menghafal
-
Meniru
-
Menjelaskan
-
Meringkas
Pertanyaannya:
Apa?
Tujuannya:
Pembenaran
atau penyebutan kembali
|
Strateginya:
- Berfikir
kritis
- Mempertanyakan
- Menimbang
- Berargumen
Pertanyaannya:
Mengapa?
Bagaimana?
Apa betul?
Apa penting?
Tujuannya:
Pembentukan kembali materi ke dalam pola baru atau
berbeda
|
Strateginya:
-
Sengaja mencari kemungkinan dan penjelasan baru
-
Berspekulasi dan membuat hipotesis
Pertanyaannya:
Bagaimana
kalau?
Tujuannya:
Menciptakan
pengetahuan baru
|
3.
Pendekatan Biggs
Menurut hasil penelitian Biggs
(1991) yang dikutp Muhibbin, pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke
dalam tiga prototype (bentuk dasar).
a. Pendekatan surface (permukaan/bersifat
lahiriah)
b. Pendekatan deep (mendalam)
Tabel
2
Perbandingan
prototipe pendekatan belajar Biggs
Pendekatan
belajar
|
Motif dan ciri-ciri
|
Strategi
|
Surface approach (pendekatan permukaan
Deep approach (pendekatan mendalam)
Achieving approach (pendekatan mencapai prestasi tinggi)
|
Ekstrinsik dengan menghindari kegagalan tetapi
tidak belajar keras
Intrinsik dengan ciri berusaha memuaskan
keingintahuan terhadap isi materi
Ego enchancement dengan ciri bersaing untuk meraih nilai tertinggi
|
Memuaskan pada rincian materi dan memproduksi
secara persis
Memaksimalkan pemahaman dengan berfikir, banyak
membaca dan diskusi
Mengoptimalkan pengaturan waktu dan usaha (study
skill)
|
1.
Pendekatan konsep,
yaitu suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung
menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati
bagaimana konsep itu diperoleh
2.
Pendekatan proses, yaitu suatu pendekatan pengajaran
memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau
penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses
3.
Pendekatan deduktif, yaitu proses penalaran yang
bermula dari keadaan umum kekeadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran.
4.
Pendekatan induktif, kebalikan dari penalaran deduktif
5.
Pendekatan ekspositori: bahwa tingkah laku kelas dan
penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar
6.
Pendekatan heuristik: pendekatan pengajaran yang
menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan
data tersebut, implementasinya menggunakan metode penemuan dan metode inkuiri
7.
Pendekatan kecerdasan: berangkat dari kecerdasan yang
dimiliki siswa berbeda-beda
8.
Pendekatan kontekstual: konsep belajar yang membantu
guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Selain beberapa pendekatan di
atas, berikut ini pendekatan belajar yang menurut beberapa tokoh Islam diantaranya
adalah al-Ghazali dan Zarnuji. Dalam pemahaman beliau, seorang filsuf
pendidikan di kalangan Islam, pendekatan belajar dalam mencari ilmu dapat
dilakukan dengan melakukan dua pendekatan, yakni ta’lim insani dan ta’lim
rabbani. Ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan manusia.
Pendekatan ini merupakan hal yang lazim dilakukani oleh manusia dan biasanya
menggunakan alat indrawi yang diakui oleh orang yang berakal. Sedangkan ta’lim
rabbani merupakan belajar dengan bimbingan langsung dari Tuhan. Menurut
Al Ghazali, dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi eksplorasi
pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku. Dalam proses
ini, anak didik akan mengalami proses mengetahui yaitu proses abstraksi.
Menurut al-Zarnuji, belajar
bernilai ibadah dan mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan duniawi
dan ukhrawi. Karenanya, belajar harus diniati untuk mencari ridha Allah,
kebahagiaan akhirat, mengembangkan dan melestarikan Islam, mensyukuri nikmat
akal, dan menghilangkan kebodohan.[14] Dimensi duniawi yang dimaksud adalah sejalan dengan
konsep pemikiran para ahli pendidikan, yakni menekankan bahwa proses
belajar-mengajar hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa kemampuan pada
tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan/ pembelajaran, baik ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotorik. Adapun dimensi ukhrawi, Al-Zarnuji menekankan
agar belajar adalah proses untuk mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk
beribadah.
D.
Metode Belajar
Metode
merupakan salah satu bagian penting dalam belajar, bagaimana cara siswa memilih
metode yang digunakan dalam belajar dibutuhkan berbagai langkah yang tepat. Untuk
itu uraian beberapa metode di bawah ini merupakan konsep yang perlu dipahami
dan suatu saat dapat dipraktekkan seseorang dalam belajar.
Jadi,
metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan
praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya:
- Metode ceramah adalah metode yang lebih banyak dilakukan oleh guru sementara anak didiknya bersifat pasif;
- Metode demonstrasi adalah suatu metode yang menggunakan atau memperlihatkan suatu proses, mekanisme, atau cara kerja suatu alat dengan bahan pelajaran
- Metode diskusi adalah metode yang bertujuan untuk memecahkan atau menemukan solusi masalah yang ditemukan dalam mempelajari materi pembelajaran.
- Metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik.
- Metode eksperimen adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak didik baik perorangan ataupun perkelompok untuk melakukan suatu percobaan di laboratorium atau lapangan guna membuktikan suatu teori atau menemukan sendiri suatu pengetahuan baru bagi anak didik.
- Metode pemberian tugas (resitasi) adalah metode yang menugaskan kepada anak didik untuk mengerjakan sesuatu dengan tujuan memantapkan, mendalami dan memperkarya materi yang sudah dipelajari.
1.
Metode SQ3R
Metode ini dikembangkan oleh Francis P. Robinson di
Universitas Negeri Ohio
AS. Metode tersebut bersifat praktis dan dapat diaplikasikandalam berbagai
pendekatan belajar. SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan langkah - langkah
mempelajari teks yang meliputi:[15]
a.
Survey: maksudnya memeriksa atau meneliti atau
mengidentifikasi teks.
b.
Question: maksudnya menyusun daftar pentanyaan
yang relevan dengan teks.
c.
Read: maksudnya membaca teks secara aktif untuk
mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan
yang telah tersusun.
d.
Recite: maksudnya menghafal setiap jawaban yang
telah ditemukan.
e.
Review: meninjau ulang seluruh jawaban atas
pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga.
Alokasi waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah
teks dengan metode SQ3R tidak banyak berbeda denan mempelajari teks biasa.Akan
tetapi hasil belajar siswa dengan menggunakanSQ3R diharapkan lebih memuaskan,
karena dengan metode ini siswa menjadi pembaca aktif dan terarah langsung pada
intisari atau kandungan-kandungan pokok materi yang tersusun dan tersirat dalam
teks.[16]
2.
Metode PQ4R
Metode ini adalah ciptaan Thomas dan Robinson (1972).
Teknik PQ4R, menurut Anderson
(1990), pada hakikatnya merupakan penimbul pertanyyaan yang dapat mendorong
pembaca teks melakukan pengolahan materi secara mendalam dan luas.[17]
Metode PQ4R ini terdiri dari enam langkah:
a.
Preview : bab yang akan dipelajari hendaknya
disurvai lebih dahulu untuk menentukan topik yang terdapat di dalamnya.
b.
Question : menyusun pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan subbab yang
bersangkutan.
c.
Read : dibaca dengan cermat untuk mencari
jawaban dari pertanyaan yang telah disusun.
d.
Reflect : subbab hendaknya dikenang atau diingat
secara mendalam dan memahami isinya
e.
Recite : informasi yang terdapat didalamnya
hendaknya diingat dan pertanyaannya dijawab. Bila ada jawaban yang kurang tepat hendaknya bagian yang sulit
diingat tersebut dibaca lagi.
f.
Refiew : tanamkanlah meteri bab tersebut ke dalam
materi sambil mengingat-ingat
intisarinya.
3.
Metode PQRST
Metode PQRST merupakan singkatan dari (preview, question,read, state
dan test). Metode ini dibuat oleh Thomas F. Staton dalam bukunya How to
Study.[18]
a.
Preview, adalah suatu langkah atau tahapan
sebelum orang membaca sebuah buku.
b.
Question
c.
Read
d.
State, yaitu mengucapkan dengan kata-kata
sendiri apa yang sudah dibaca.
e.
Test, yaitu menguji pikiran apakah masih ingat
akan hal-hal yang dibaca itu.
Selain itu juga ada metode RTP (read the problem)
yang berarti bacalah masalahnya. Rumus ini biasanya digunakan oleh sebagian
pelatih di lingkungan angkatan bersenjata. Dan PERU (preview, enquire, read,
use) menyelidiki, menanyakan, membaca, mempergunakan.
4.
Metode Quantum Learning
Quantum learning yang digagas Bobbi DePoeter
memberikat kiat-kiat, petunjuk, strtegi dan seluruh proses yang bias mengehemat
waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat dan menjadikan belajar sebagai
proses yang menyenangkan dan bermanfaat.[19]
Pada prisipnya Quantum learning adalah sugesti dapat
dan pasti mempengaruhi hasil stuasi belajar dan setiap detai apapun memberikan
sugesti positif ataupun negative. Teknik yang digunakan adalah mendudukkan
murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan
partisipasi individu, memberikan poster-poster untuk memberi kesan sambil menonjolkan
informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran
sugesti.[20] Quantum
learning juga mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP),
yaitu suatu penelitian tentang cara otak mengatur informasi.
Dalam proses belajar pendidikan agama Islam, kita bisa
menemukan beberapa jenis metode belajar yang dihunakan oleh para siswa. Diantara
metode itu adalah menghafal, debat dan diskusi. Namun metode yang sering
digunakan adalah metode menghafal, karena metode ini pengaruhnya sangat kuat
sampai sekarang. Umumnya institusi pendidikan Islam, seperti Al Azhar, Ummul
Quro dan lain-lain. Metode menghafal
telah dijelaskan dalam al-Qur’an sebagaimana firman Allah dalam Surat an Nahl 125:
äí÷$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ
“Serulah (manusia) kepada jalan
Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara
yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang
mendapat petunjuk”.(QS. An Nahl: 125).[21]
Berkaitan dengan metode belajar dalam Islam, Ibnu sina
dalam Tohirin menyatakan: “apabila seorang anak sudah selesai belajar
al-Qur’an, menghafal pokok-pokok bahasa, setelah itu barulah ia mempelajari apa
yang akan dipilihnya menjadi bidang pekerjaannya dan untuk itu haruslah ia
diberi petunjuk”.[22]
Metode belajar dalam Islam salah satunya dengan
intuisi. Metode ini sering dipakai oleh para ahli tasawuf maupun pemikir muslim
dalam pencarian ilmu. Adapun yang dimaksud metode intuisi adalah kemampuan
untuk mengetahui sesuatu tanpa melalui proses reasoning atau conscious
analyzing hingga kita bisa menjawab "what to do".[23]
Intuisi dalam pengertian seperti di atas, kata banyak orang malah
sebenarnya semakin kita butuhkan di era
informasi dan globalisasi ini.
Intuisi juga diartikan sebagai Alam Bawah Sadar (The
Unconscious Mind) atau sesuatu yang kita lakukan tanpa proses berpikir secara
sadar atau sudah menjadi kebiasaan. Ini seperti layaknya seorang sopir
kendaraan yang mengetahui sesuatu tentang kendaraannya di jalan secara otomatik
tanpa proses menemukan fakta logis lebih
dahulu, misalnya mengukur besar-kecilnya atau harus ke kanan atau kiri.
Intuisi dalam
pemikiran al-Attas boleh dibagi kepada dua: level biasa dan level di atas
biasa.[24]
Level biasa adalah yang dialami oleh manusia pada umumnya, yaitu pemerolehan
ilmu yang datang secara tiba-tiba, secara inspiratif, melalui perenungan dan
pencarian bukti-bukti rasional yang kemudian melahirkan inspirasi tertentu. Ini
yang disebut hads. Level ini adalah merujuk kepada bagian pertama dari definisi
ilmu al-Attas, yakni “sampainya jiwa kepada makna”. Dengan kata lain, inspirasi
intuitif itu adalah upaya sendiri orang tersbeut. Berbeda dengan level biasa
adalah level di atasnya, yaitu level widjan. Level ini merujuk kepada bagian
kedua dari definisi ilmunya, yaitu ”sampainya makna kepada jiwa”. Dengan kata
lain, ilmu itu memang dicurahkan kepadanya, bukan dicari olehnya. Dari kedua
level ini, instrumen yang digunakan untuk memeroleh ilmu ini berbeda. Level
yang pertama menggunakan panca indera dan penalaran pada umumnya. Sedangkan
level yang kedua menggunakan instrumen spiritual, yaitu kasyf dan dhauq,
hudur, shuhud, dan ahwal. Ini bukan berarti akal dan panca indera tidak
digunakan pada level ini, tapi sudah mengalami konvertasi dari yang biasa kepada
yang luar biasa, yaitu rasional dikonvert kepada intelektual dan empirical
kepada pengalaman spiritual yang otentik (outhentic spiritual experience).
BAB
III
KESIMPULAN
1.
Jenis belajar menurut Van Parren yaitu: otomaisme,
incidental, menghafal, pengetahuan, arti kata-kata, konsep, memecahkan
problem melalui pengamatan, dan belajar berfikir. Jenis-jenis belajar menurut
Menurut Gagne jenis belajar dikelompokkan menjadi: Belajar Isyarat (Signal
Learning), Belajar Stimulus-Respon (Stimulus Response Learning), Belajar Rangkaian
(Chaining Learning), Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association
Learning), Belajar Membedakan (Discrimination Learning), Belajar
Konsep (Concept Learning), Belajar Hukum / Aturan (Rule Learning),
Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning). Menurut Robert H.
Davis jenis belajar: Konsep, Prinsip, Pemecahan Masalah, Kemampuan motor-perceptual
2.
Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan
perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya. Dari konsep itu dibagi
menjadi efisiensi usaha belajar dan efisiensi hasil belajar.
3.
Pendekatan belajar ada tiga, yaitu pendekatan hukum
Jost, pendekatan Ballard dan Clanchy, pendekatan Biggs. Menurut al-Ghazali ada
dua pendekatan yaitu: ta’lim insani dan ta’lim rabbani.
4.
Metode belajar ada beberapa macam, diantaranya adalah
metode SQ3R, metode PQ4R, metode PQRST dan Quantum Learning. Dalam Islam,
metode belajar selain dengan menghafal juga ada istilah metode intuisi. metode
intuisi adalah kemampuan untuk mengetahui sesuatu tanpa melalui proses reasoning
atau conscious analyzing hingga kita bisa menjawab "what to do".
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik
dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh
maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Model
pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari
awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model
pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan,
metode, dan teknik pembelajaran.
DAFTAR RUJUKAN
Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar,
Jakarta: Rineka Cipta,. 2002.
http://de-referencia.blogspot.com/2010/01/jenis-bentuk-belajar-menurut-van.html.
http://kammigresikonly.multiply.com/journal/item/21.
http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=624.
http://fisikaumm.blogspot.com/2009/01/teori-belajar-menurut-islam.html.
http://syaifworld.blogspot.com/2009/11/efisiensi-dan-efektifitas-belajar.html.
Syah, Muhibbin, Psikologi
Pendidikan dengan Pendekatanf Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
Sobur, Alex, Psikologi Umum dalam Lintasan
Sejarah, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna
Pembelajaran (untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar),
Bandung: CV Alfabeta, 2005.
Tohirin,
Psikologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.
[1]
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (untuk membantu memecahkan
problematika belajar dan mengajar), (Bandung: CV Alfabeta, 2005), 68
[2]
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,.
2002), 27
[3]
http://de-referencia.blogspot.com/2010/01/jenis-bentuk-belajar-menurut-van.html
[4]
http://kammigresikonly.multiply.com/journal/item/21
[5]
http://kammigresikonly.multiply.com/journal/item/21
[6]
http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/jenis-jenis-belajar.html
[7]
Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatanf Baru, (Bandung:
Remaja Rosdakarya, 2003), 125
[8] Ibid,
125
[9] Ibid,
126
[10]
Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka
Setia, 2003), 258-260
[11]
Muhibbin, Psikologi Pendidikan…, 127
[12]
Muhibbin, Psikologi Pendidikan…, 128
[13]
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna…, 71-87
[14]
http://fisikaumm.blogspot.com/2009/01/teori-belajar-menurut-islam.html
[15]
Muhibbin, Psikologi Pendidikan…, 130
[16]
Syaiful Sagala, Konsep dan Makna …, 60
[17]
http://syaifworld.blogspot.com/2009/11/efisiensi-dan-efektifitas-belajar.html
[19] Ibid,
255
[20] Ibid,
255
[22]
Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo
Persada, 2005), 122-123
[23]
http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=624
[24]
http://fajrulislam.wordpress.com/2010/12/10/konsep-intuisi-menurut-al-attas/