Minggu, 27 Januari 2013

Psikologi Pendidikan

PSIKOLOGI
BELAJAR DALAM PERSPEKTIF
PSIKOLOGI PENDIDIKAN

Oleh: Aminatul Zahroh, 3211073037
PROGRAM SARJANA (S1)
Tarbiyah, PAI 3A

BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar belakang
Belajar merupakan kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam setiap penyelenggaraan jenis dan jenjang pendidikan. Ini berarti bahwa berhasil atau gagalnya pencapaian tujuan pendidikan itu amat bergantung pada proses belajar yang dialami siswa baik ketika ia berada di sekolah atau di rumah. Untuk memperoleh hasil yang maksimal didalam proses belajar hendaklah kita memperhatikan hal-hal yang menjadikan suksesnya suatu proses belajar, salah satunya ialah efisiensi dan efektifitas pelajar.
Kemampuan untuk belajar merupakan sebuah karunia Allah yang mampu membedakan manusia dangan makhluk yang lain. Allah menghadiahkan akal kepada manusia untuk mampu belajr dan menjadi pemimpin di dunia ini. Pendapat yang mengatakan bahwa belajar sebagai aktifitas yang tidak dapat dari kehidupan manusia, ternyata bukan berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia juga menganjurkan manusia untuk selalu malakukan kegiatan belajar.
Belajar memiliki arti penting menurut al-Qur’an, yaitu: 1) Bahwa orang yang belajar akan mendapatkan ilmu yang dapat digunakan untuk memecahkan segala masalah yang dihadapinya di kehidupan dunia; 2)Manusia dapat mengetahui dan memahami apa yang dilakukannya karena Allah sangat membenci orang yang tidak memiliki pengetahuan akan apa yang dilakukannya karena setiap apa yang diperbuat akan dimintai pertanggungjawabannya; 3) Dengan ilmu yang dimilikinya, mampu mengangkat derajatnya di mata Allah.
Penggunaan pendekatan, strategi dan metode belajar yang tepat dapat mengantarkan siswa mencapai hasil belajar. Pendekatan pembelajaran yang merupakan jalan yang ditempuh guru dan siswa dalam mencapai tujuan instruksional untuk satuan instruksional tertentu. Oleh karena itu, dalam sistem dan pendekatan pembelajaran dibuat untuk meyakinkan: 1) ada alasan untuk belajar; 2) siswa belum mengetahui apa yang diajarkan.[1] Dari sinilah dirumuskan beberapa permasalahan yang penulis utarakan di bawah ini.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa saja jenis-jenis belajar dalam Psikologi pendidikan?
2.      Bagaimana efisiensi belajar menurut usaha dan hasilnya?
3.      Pendekatan apa saja yang dapat digunakan dalam belajar?
4.      Sebutkan metode yang digunakan dalam belajar?

C.    Tujuan pembahasan
1.      Untuk mengetahui dan memahami jenis-jenis belajar dalam Psikologi pendidikan
2.      Untuk mengetahui dan memahami efisiensi belajar menurut usaha dan hasilnya
3.      Untuk mengetahui dan memahami pendekatan yang digunakan dalam belajar
4.      Untuk mengetahui dan memahami metode yang digunakan dalam belajar


BAB II
PEMBAHASAN
A.    Jenis-jenis Belajar
Jenis belajar dalam dunia pendidikan mengalami perkembangan yang cepat, hal ini sejalan dengan kebutuhan  manusia yang bermacam-macam. Pengelompokkan jenis belajar dapat dilihat dari kegiatan belajar, cara atau proses yang ditempuh dalam belajar, teknik atau metode belajar dan sebagainya.
Walaupun belajar dikatakan berubah, namun untuk mendapatkan perubahan itu bermacam-macam caranya. Setiap perbuatan belajar mempunyai ciri-ciri masing-masing. Para ahli dengan melihat ciri-ciri yang ada di dalamnya, mencoba membagi jenis-jenis belajar ini, disebabkan sudut pandang. Oleh karena itu, sampai saat ini belum ada kesepakatan atau keragaman dalam merumuskannya. A. De Block misalnya berbeda dengan C. Van Parreren dalam merumuskan sistematika jenis-jnis belajar. Demikian juga antara rumusan sistematika jenis-jenis belajar yang dikemukakan oleh C. Van Parreren dengan Robert M. Gagne.[2] Berikut ini adalah beberapa bentuk jenis belajar menurut beberapa tokoh
Jenis bentuk belajar menurut Van Parreren dalam Winkel, (1996) meliputi:[3] (1) Otomatisme, yaitu terutama meliputi belajar keterampilan motorik, tetapi kadang dapat juga belajar kognitif, (2) Insidental, yaitu siswa belajar sesuatu tanpa mempunyai intensi atau maksud untuk mempelajari hal tertentu, khususnya yang bersifat pengetahuan mengenai fakta atau data, (3) Menghafal, yaitu orang menanamkan suatu materi verbal di dalam ingatan, sehingga nantinya dapat direproduksi kembali, (4) Belajar pengetahuan, adalah orang mulai mengetahui berbagai macam data mengenai kejadian, keadaan, benda-benda dan orang, (5) Belajar arti kata-kata, adalah orang mulai menangkap arti yang terkandung dalam kata-kata yang digunakan, (6) Belajar konsep, yaitu orang mengadakan abstraksi yaitu dalam obyek-obyek yang meliputi benda, kejadian dan orang, (7) Belajar memecahkan problem melalui pengamatan, yaitu orang dihadapkan pada problem yang harus dipecahkan dengan mengamati baik-baik dan (8) Belajar berpikir, yaitu orang juga dihadapkan pada suatu problem yang harus dipecahkan, tanpa melalui pengamatan dan reorganisasi dalam pengamatan, namun dipecahkan melalui operasi mental
Menurut Gagne jenis belajar dikelompokkan menjadi:[4]
     Belajar Isyarat (signal learning)
     Belajar Stimulus Respon (stimulus response learning)
     Belajar Rangkaian (chaining learning)
     Belajar Asosiasi Verbal (verbal association learning)
     Belajar Membedakan (discrimination learning)
     Belajar Konsep (concept learning)
     Belajar Hukum / Aturan (rule learning)
     Belajar Pemecahan Masalah (problem solving learning)

Menurut Robert H. Davis jenis belajar terdiri dari belajar:[5]
     Konsep
     Prinsip
     Pemecahan Masalah
     Kemampuan motor-perceptual

Adapun jenis-jenis belajar menurut Wawan Junaedi sebagai berikut:[6]
  1. Jenis Belajar Bagian (part learning, fractioned learning)
Umumnya belajar bagian dilakukan oleh seseorang bila ia dihadapkan pada materi belajar yang bersifat luas atau ekstensif, misalnya mempelajari sajak ataupun gerakan-gerakan motoris seperti bermain silat. Dalam hal ini individu memecahkan seluruh materi pelajaran menjadi bagian-bagian yang satu sama lain berdiri sendiri. Sebagai lawan dari cara belajar bagian adalah cara belajar keseluruhan atau belajar global.
  1. Jenis Belajar Dengan Wawasan (learning by insight)
Konsep belajar wawasan diperkenalkan oleh W.Kohler, salah seorang tokoh psikologi Gestalt pada permulaan tahun 1971. Sebagai suatu konsep, wawasan (insight) ini merupakan pokok utama dalam pembicaraan psikologi belajar dan proses berfikir. Menurut G Stalt teori wawasan merupakan proses mereorganisasikan  pola-pola tingkah laku yang telah terbentuk menjadi suatu tingkah laku yang ada hubungannya dengan penyelesaian suatu persoalan.
  1. Jenis Belajar dengan diskriminatif (discriminative learning)
Belajar diskriminatif diartikan sebagai suatu usaha untuk memilih beberapa sifat situasi dan kemudian menjadikannya sebagai pedoman dalam bertingkah laku. Dengan pengertian ini maka dalam eksperimen, subyek diminta untuk berespon secara berbeda-beda terhadap stimulus yang berlainan.
  1. Jenis belajar global atau keseluruhan (global whole learning)
Disini bahan pelajaran dipelajari secara keseluruhan berulang sampai pelajar menguasainya, lawan dari belajar bagian adalah belajar bagian. Metode belajar keseluruhan sering juga disebut metode Gestalt.
  1. Jenis belajar insidental (incidental learning)
Konsep belajar insidental ini bertentangan dengan anggapan bahwa belajar itu selalu berarah tujuan . Sebab dalam belajar insidental pada individu tidak ada sama sekali kehendak untuk belajar. Atas dasar ini maka untuk kepentingan penelitian disusun perumusan operasional sebagai berikut: belajar disebut insidental bila tidak ada instruksi atau petunjuk yang  diberikan pada individu mengenai materi belajar yang akan diujikan. Dalam kehidupan sehari-hari, belajar insidental ini merupakan hal yang sangat penting. Oleh karena itu diantara para ahli belajar insidental ini merupakan bahan pembicaraan yang menarik.
  1. Jenis belajar dengan instrumental (instrumental learning)
Pada Jenis belajar instrumental, reaksi-reaksi seorang siswa yang diperlihatkan diikuti oleh tanda-tanda yang mengarah pada apakah siswa tersebut akan mendapat hadiah, hukuman, berhasil atau gagal. Oleh karena itu, cepat atau lambatnya seorang belajar dapat diatur dengan jalan memberikan penguat atas dasar tingkat-tingkat kebutuhan. Dala hal ini maka salah satu bentuk belajar instrumental yang khusus adalah pembentukan tingkah laku.
  1. Jenis belajar intensional (intentional learning)
  2. Jenis belajar Laten (latent learning)
Dalam belajar laten, perubahan-perubahan tingkah laku tidak terjadi secara segera dan oleh karena itu disebut laten.
  1. Jenis belajar Mental (mental learning)
Perubahan kemungkinan tingkah laku  yang terjadi disini tidak nyata terlihat, melainkan hanya berupa proses kognitif karena ada bahan yang dipelajari. Ada tidaknya belajar mental ini sangat jelas terlihat pada tugas-tugas yang sifatnya motoris. Sehingga perumusan operasional juga menjadi sangat berbeda. Ada yang mengartikan belajar mental sebagai belajar dengan cara melakukan observasi.
  1. Jenis Belajar Verbal (verbal learning)
Belajar verbal adalah belajar mengenai materi verbal degan melalui ingatan dan latihan. Dasar dari belajar verbal diperlihatkan dalam eksperimen klasik dari ebinghaus.

Dari beberapa jenis belajar di atas ternyata ada yang memiliki kemiripan atau keasamaan. Walaupun menggunakan bahasa yang berbeda para tokoh tersebut memiliki ciri khas masing-masing. Penulis sendiri memahami berbagai jenis belajar tersebut dari beberapa sudut pandang subjek yang digunakan maupun cara yang ditempuh dalam belajar. Dalam Islam pemilahan jenis-jenis belajar tersebut belum ada, akan tetapi ada yang masuk dalam jenis belajar di atas seperti menghafal, berfikir, pemecahan masalah dan sebagainya. Dalam Al-Qur’an, banyak sekali ayat yang memerintahkan manusia untuk selalu menggunakan akal dan memahami dan merenungi segala ciptaan dan kebesaran Allah di alam ini. Antara lain seperti Q.S.Al-Ghasyiah : 17-20, Q.S.Qaf : 6-10, Q.S. Al-An’am: 95, Q.S. Al-Anbiya : 66-67.
Belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif permanen pada pengetahuan, kemampuan, keterampilan, dan tingkah laku, yang terjadi sebagai hasil dari usaha yang disengaja dan pengalaman yang terkontrol dan tidak terkontrol.
Menurut Miarso belajar adalah:
“Learning is the process by which relatively enduring change in behavior occurs as a result of controlled and uncontrolled experiences, and also considered as the acquisition of skills, knowledge, ability and attitude which influence the description and diagnose of events and people”.
Definisi tersebut menunjukkan bahwa belajar adalah suatu proses perubahan yang relatif permanen pada tingkah laku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman yang terkontrol dan tidak terkontrol, dan belajar merupakan proses pemerolehan keterampilan, pengetahuan, kemampuan, dan tingkah laku yang mempengaruhi deskripsi dan diagnosa terhadap peristiwa dan manusia.
Dalam Undang-Undang N0. 20 Tahun 2003, tentang Sistem Pendidikan Nasional, istilah belajar tidak ditemukan. Istilah yang digunakan adalah pembelajaran. Pembelajaran didefinisikan sebagai proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode pembelajaran; (4) teknik pembelajaran; (5) taktik pembelajaran; dan (6) model pembelajaran. Pada tulisan ini akan dipaparkan istilah-istilah tersebut, dengan harapan dapat memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.

B.     Efisiensi Belajar
Dalam kegiatan belajar yang efisien dibutuhkan keuletan usaha tanpa menggunakan waktu, tenaga dan biaya yang banyak namun menghasilkan prestasi yang memuaskan. Sehingga harapan yang ingin dicapai oleh seseorang menjadi terwujud dengan usaha yang maksimal. Menurut Gie yang dikutip oleh Muhibbin, Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya.[7] Dari konsep ini, efisiensi dapat dicapai siswa dibagi menjadi dua, yaitu efisiensi usaha belajar dan efisiensi hasil belajar.
1.            Efisiensi usaha belajar yaitu suatu kegiatan belajar dapat dikatakan efisien kalau prestasi belajar yang diinginkan  dapat dicapai dengan usaha yang minimal.  Usaha yang dimaksud segala sesuatu yang digunakan untuk mendapat hasil belajar yang memuaskan seperti tenaga dan pikiran, waktu, peralatan belajar yang relevan dengan kegiatan belajar.[8]
2.            Efisiensi hasil belajar yaitu suatu kegiatan belajar dengan usaha tertentu memberikan prestasi belajar tinggi.[9]
Menurut Udai Pareek dalam Alex Sobur mengemukakan enam langkah untuk membuat belajar lebih efektif, yaitu:[10]
1.             Pemerolehan masukan baru berkenaan dengan pengetahuan dan pengertian (kognitif), atau suatu kegiatan fisik (motorik) atau suatu perilaku baru. Jika proses berjalan cepat, belajar adalah efektif
2.             Pengasimilasian masukan baru diperoleh dengan cepat dan ditahan dalam diri dalam waktu yang lama
3.             Belajar bukanlah proses pengumpulan berbagai masukan
4.             Menggunakan masukan secara efektif
5.             Penggunaan pelajaran secara efektif juga berarti kreativitas
6.             Belajar hendaknya menambah kemampuan orang itu untuk lebih banyak belajar sendiri.
Tingkat keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh beberapa faktor, antara lain pendekatan (approach), strategi dan metode. Siswa yang memiliki kemampuan kognitif yang lebih tinggi ternyata hanya mampu mencapai hasil yang sama dengan teman-temannya. Sebaliknya siswa yang memiliki kemampuan rata-rata dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik karena menggunakan pendekatan, strategi dan metode yang efektif dan efisien. Menurut hemat penulis bahwa penggunaan efisiensi belajar merupakan bagian yang harus dipahami sebagai proses untuk mencapai hasil belajar yang terbaik, sehingga prestasi yang di capai menjadi lebih maksimal.

C.    Pendekatan Belajar
Untuk mempelajari bidang studi atau materi pelajaran yang ditekuni siswa ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan dalam belajar. Diantara pendekatan itu terdapat ciri khusus yang dimiliki masing-masing pendekatan, mulai dari pendekatan klasik sampai dengan yang modern. Berikut ini ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan siswa dalam belajar.
1.      Pendekatan Hukum Jost
Dalam pendekatan ini, siswa yang sering mempelajari materi pelajaran akan lebih mudah untuk mengingat dalam waktu yang lama. Misalnya siswa belajar 3 jam sehari selama 5 hari akan lebih efektif dari pada belajar 5 jam sehari selama 3 hari. Pernyataan ini sesuai dengan hukum Jost, Menurut Reber yang dikutip Muhibbin asumsi yang mendasari hukum Jost adalah siswa yang lebih sering mempraktikkan materi pelajaran akan lebih mudah memanggil kembali memori lama yang berhubungan dengan materi yang sedang ia tekuni.[11]
2.      Pendekatan Ballard dan Clanchy
Pendekatan belajar siswa pada umumnya dipengaruhi oleh sikap terhadap ilmu pengetahuan.  Cara menyikapinya yaitu: 1) sikap melestarikan apa yang sudah ada (concerving); 2) sikap memperluas (extending). Berikut ini adalah tabel perbandingan tipe, strategi dan tujuan masing-masing pendekatan Ballard dan Clanchy.


Tabel 1
Perbandingan pendekatan belajar Ballard dan Clanchy
Reproduksi
Analisis
Spekulatif
Strateginya:   
-          Menghafal
-          Meniru
-          Menjelaskan
-          Meringkas
Pertanyaannya:
Apa?



Tujuannya:
Pembenaran atau penyebutan kembali
Strateginya:
-     Berfikir kritis
-     Mempertanyakan
-     Menimbang
-     Berargumen
Pertanyaannya:
Mengapa?
Bagaimana?
Apa betul?
Apa penting?
Tujuannya:
Pembentukan  kembali materi ke dalam pola baru atau berbeda
Strateginya:
-         Sengaja mencari kemungkinan dan penjelasan baru
-         Berspekulasi dan membuat hipotesis
Pertanyaannya:
Bagaimana kalau?



Tujuannya:
Menciptakan pengetahuan baru
3.      Pendekatan Biggs
Menurut hasil penelitian Biggs (1991) yang dikutp Muhibbin, pendekatan belajar siswa dapat dikelompokkan ke dalam tiga prototype (bentuk dasar).
a.       Pendekatan surface (permukaan/bersifat lahiriah)
b.      Pendekatan deep (mendalam)
c.       Pendekatan achieving (pencapaian prestasi tinggi).[12]

Tabel 2
Perbandingan prototipe pendekatan belajar Biggs
Pendekatan belajar
Motif dan ciri-ciri
Strategi
Surface approach (pendekatan permukaan

Deep approach (pendekatan mendalam)

Achieving approach (pendekatan mencapai prestasi tinggi)
Ekstrinsik dengan menghindari kegagalan tetapi tidak belajar keras
Intrinsik dengan ciri berusaha memuaskan keingintahuan terhadap isi materi

Ego enchancement dengan ciri bersaing untuk meraih nilai tertinggi
Memuaskan pada rincian materi dan memproduksi secara persis
Memaksimalkan pemahaman dengan berfikir, banyak membaca dan diskusi
Mengoptimalkan pengaturan waktu dan usaha (study skill)
Adapun pendekatan pembelajaran yang sudah umum dipakai oleh guru antara lain[13]:
1.      Pendekatan konsep, yaitu suatu pendekatan pengajaran yang secara langsung menyajikan konsep tanpa memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati bagaimana konsep itu diperoleh
2.      Pendekatan proses, yaitu suatu pendekatan pengajaran memberi kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses
3.      Pendekatan deduktif, yaitu proses penalaran yang bermula dari keadaan umum kekeadaan khusus sebagai pendekatan pengajaran.
4.      Pendekatan induktif, kebalikan dari penalaran deduktif
5.      Pendekatan ekspositori: bahwa tingkah laku kelas dan penyebaran pengetahuan dikontrol dan ditentukan oleh guru/pengajar
6.      Pendekatan heuristik: pendekatan pengajaran yang menyajikan sejumlah data dan siswa diminta untuk membuat kesimpulan menggunakan data tersebut, implementasinya menggunakan metode penemuan dan metode inkuiri
7.      Pendekatan kecerdasan: berangkat dari kecerdasan yang dimiliki siswa berbeda-beda
8.      Pendekatan kontekstual: konsep belajar yang membantu guru mengaitkan materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Selain beberapa pendekatan di atas, berikut ini pendekatan belajar yang menurut beberapa tokoh Islam diantaranya adalah al-Ghazali dan Zarnuji. Dalam pemahaman beliau, seorang filsuf pendidikan di kalangan Islam, pendekatan belajar dalam mencari ilmu dapat dilakukan dengan melakukan dua pendekatan, yakni ta’lim insani dan ta’lim rabbani. Ta’lim insani adalah belajar dengan bimbingan manusia. Pendekatan ini merupakan hal yang lazim dilakukani oleh manusia dan biasanya menggunakan alat indrawi yang diakui oleh orang yang berakal. Sedangkan ta’lim rabbani merupakan belajar dengan bimbingan langsung dari Tuhan. Menurut Al Ghazali, dalam proses belajar mengajar sebenarnya terjadi eksplorasi pengetahuan sehingga menghasilkan perubahan-perubahan perilaku. Dalam proses ini, anak didik akan mengalami proses mengetahui yaitu proses abstraksi.
Menurut al-Zarnuji, belajar bernilai ibadah dan mengantarkan seseorang untuk memperoleh kebahagiaan duniawi dan ukhrawi. Karenanya, belajar harus diniati untuk mencari ridha Allah, kebahagiaan akhirat, mengembangkan dan melestarikan Islam, mensyukuri nikmat akal, dan menghilangkan kebodohan.[14] Dimensi duniawi yang dimaksud adalah sejalan dengan konsep pemikiran para ahli pendidikan, yakni menekankan bahwa proses belajar-mengajar hendaknya mampu menghasilkan ilmu yang berupa kemampuan pada tiga ranah yang menjadi tujuan pendidikan/ pembelajaran, baik ranah kognitif, afektif, maupun psikomotorik. Adapun dimensi ukhrawi, Al-Zarnuji menekankan agar belajar adalah proses untuk mendapat ilmu, hendaknya diniati untuk beribadah.

D.    Metode Belajar
Metode merupakan salah satu bagian penting dalam belajar, bagaimana cara siswa memilih metode yang digunakan dalam belajar dibutuhkan berbagai langkah yang tepat. Untuk itu uraian beberapa metode di bawah ini merupakan konsep yang perlu dipahami dan suatu saat dapat dipraktekkan seseorang dalam belajar.
Jadi, metode pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi pembelajaran, diantaranya:
  1. Metode ceramah adalah metode yang lebih banyak dilakukan oleh guru sementara anak didiknya bersifat pasif;
  2. Metode demonstrasi adalah suatu metode yang menggunakan atau memperlihatkan suatu proses, mekanisme, atau cara kerja suatu alat dengan bahan pelajaran
  3. Metode diskusi adalah metode yang bertujuan untuk memecahkan atau menemukan solusi masalah yang ditemukan dalam mempelajari materi pembelajaran.
  4. Metode tanya jawab adalah suatu cara penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh anak didik.
  5. Metode eksperimen adalah metode yang memberikan kesempatan kepada anak didik baik perorangan ataupun perkelompok untuk melakukan suatu percobaan di laboratorium atau lapangan guna membuktikan suatu teori atau menemukan sendiri suatu pengetahuan baru bagi anak didik.
  6. Metode pemberian tugas (resitasi) adalah metode yang menugaskan kepada anak didik untuk mengerjakan sesuatu dengan tujuan memantapkan, mendalami dan memperkarya materi yang sudah dipelajari.
1.        Metode SQ3R
Metode ini dikembangkan oleh Francis P. Robinson di Universitas Negeri Ohio AS. Metode tersebut bersifat praktis dan dapat diaplikasikandalam berbagai pendekatan belajar. SQ3R pada prinsipnya merupakan singkatan langkah - langkah mempelajari teks yang meliputi:[15]
a.       Survey: maksudnya memeriksa atau meneliti atau mengidentifikasi teks.
b.      Question: maksudnya menyusun daftar pentanyaan yang relevan dengan teks.
c.       Read: maksudnya membaca teks secara aktif untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang telah tersusun.
d.      Recite: maksudnya menghafal setiap jawaban yang telah ditemukan.
e.       Review: meninjau ulang seluruh jawaban atas pertanyaan yang tersusun pada langkah kedua dan ketiga.
Alokasi waktu yang diperlukan untuk memahami sebuah teks dengan metode SQ3R tidak banyak berbeda denan mempelajari teks biasa.Akan tetapi hasil belajar siswa dengan menggunakanSQ3R diharapkan lebih memuaskan, karena dengan metode ini siswa menjadi pembaca aktif dan terarah langsung pada intisari atau kandungan-kandungan pokok materi yang tersusun dan tersirat dalam teks.[16]

2.        Metode PQ4R
Metode ini adalah ciptaan Thomas dan Robinson (1972). Teknik PQ4R, menurut Anderson (1990), pada hakikatnya merupakan penimbul pertanyyaan yang dapat mendorong pembaca teks melakukan pengolahan materi secara mendalam dan luas.[17] Metode PQ4R ini terdiri dari enam langkah:
a.       Preview : bab yang akan dipelajari hendaknya disurvai lebih dahulu untuk menentukan topik yang terdapat di dalamnya.
b.      Question : menyusun pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan subbab yang bersangkutan.
c.       Read : dibaca dengan cermat untuk mencari jawaban dari pertanyaan yang telah disusun.
d.      Reflect : subbab hendaknya dikenang atau diingat secara mendalam dan memahami isinya
e.       Recite : informasi yang terdapat didalamnya hendaknya diingat dan pertanyaannya dijawab. Bila ada jawaban yang kurang tepat hendaknya bagian yang sulit diingat tersebut dibaca lagi.
f.       Refiew : tanamkanlah meteri bab tersebut ke dalam materi sambil mengingat-ingat intisarinya.

3.        Metode PQRST
Metode PQRST merupakan singkatan dari (preview, question,read, state dan test). Metode ini dibuat oleh Thomas F. Staton dalam bukunya How to Study.[18]
a.       Preview, adalah suatu langkah atau tahapan sebelum orang membaca sebuah buku.
b.      Question
c.       Read
d.      State, yaitu mengucapkan dengan kata-kata sendiri apa yang sudah dibaca.
e.       Test, yaitu menguji pikiran apakah masih ingat akan hal-hal yang dibaca itu.
Selain itu juga ada metode RTP (read the problem) yang berarti bacalah masalahnya. Rumus ini biasanya digunakan oleh sebagian pelatih di lingkungan angkatan bersenjata. Dan PERU (preview, enquire, read, use) menyelidiki, menanyakan, membaca, mempergunakan.
4.        Metode Quantum Learning
Quantum learning yang digagas Bobbi DePoeter memberikat kiat-kiat, petunjuk, strtegi dan seluruh proses yang bias mengehemat waktu, mempertajam pemahaman dan daya ingat dan menjadikan belajar sebagai proses yang menyenangkan dan bermanfaat.[19]
Pada prisipnya Quantum learning adalah sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil stuasi belajar dan setiap detai apapun memberikan sugesti positif ataupun negative. Teknik yang digunakan adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, memberikan poster-poster untuk memberi kesan sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugesti.[20] Quantum learning juga mencakup aspek-aspek penting dalam program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang cara otak mengatur informasi.
Dalam proses belajar pendidikan agama Islam, kita bisa menemukan beberapa jenis metode belajar yang dihunakan oleh para siswa. Diantara metode itu adalah menghafal, debat dan diskusi. Namun metode yang sering digunakan adalah metode menghafal, karena metode ini pengaruhnya sangat kuat sampai sekarang. Umumnya institusi pendidikan Islam, seperti Al Azhar, Ummul Quro dan lain-lain.  Metode menghafal telah dijelaskan dalam al-Qur’an sebagaimana firman Allah dalam Surat an Nahl 125:
äí÷Š$# 4n<Î) È@Î6y y7În/u ÏpyJõ3Ïtø:$$Î/ ÏpsàÏãöqyJø9$#ur ÏpuZ|¡ptø:$# ( Oßgø9Ï»y_ur ÓÉL©9$$Î/ }Ïd ß`|¡ômr& 4 ¨bÎ) y7­/u uqèd ÞOn=ôãr& `yJÎ/ ¨@|Ê `tã ¾Ï&Î#Î6y ( uqèdur ÞOn=ôãr& tûïÏtGôgßJø9$$Î/ ÇÊËÎÈ  
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”.(QS. An Nahl: 125).[21]

Berkaitan dengan metode belajar dalam Islam, Ibnu sina dalam Tohirin menyatakan: “apabila seorang anak sudah selesai belajar al-Qur’an, menghafal pokok-pokok bahasa, setelah itu barulah ia mempelajari apa yang akan dipilihnya menjadi bidang pekerjaannya dan untuk itu haruslah ia diberi petunjuk”.[22]
Metode belajar dalam Islam salah satunya dengan intuisi. Metode ini sering dipakai oleh para ahli tasawuf maupun pemikir muslim dalam pencarian ilmu. Adapun yang dimaksud metode intuisi adalah kemampuan untuk mengetahui sesuatu tanpa melalui proses reasoning atau conscious analyzing hingga kita bisa menjawab "what to do".[23] Intuisi dalam pengertian seperti di atas, kata banyak orang malah sebenarnya  semakin kita butuhkan di era informasi dan globalisasi ini.
Intuisi juga diartikan sebagai Alam Bawah Sadar (The Unconscious Mind) atau sesuatu yang kita lakukan tanpa proses berpikir secara sadar atau sudah menjadi kebiasaan. Ini seperti layaknya seorang sopir kendaraan yang mengetahui sesuatu tentang kendaraannya di jalan secara otomatik tanpa proses menemukan fakta logis  lebih dahulu, misalnya mengukur besar-kecilnya atau harus ke kanan atau kiri.
 Intuisi dalam pemikiran al-Attas boleh dibagi kepada dua: level biasa dan level di atas biasa.[24] Level biasa adalah yang dialami oleh manusia pada umumnya, yaitu pemerolehan ilmu yang datang secara tiba-tiba, secara inspiratif, melalui perenungan dan pencarian bukti-bukti rasional yang kemudian melahirkan inspirasi tertentu. Ini yang disebut hads. Level ini adalah merujuk kepada bagian pertama dari definisi ilmu al-Attas, yakni “sampainya jiwa kepada makna”. Dengan kata lain, inspirasi intuitif itu adalah upaya sendiri orang tersbeut. Berbeda dengan level biasa adalah level di atasnya, yaitu level widjan. Level ini merujuk kepada bagian kedua dari definisi ilmunya, yaitu ”sampainya makna kepada jiwa”. Dengan kata lain, ilmu itu memang dicurahkan kepadanya, bukan dicari olehnya. Dari kedua level ini, instrumen yang digunakan untuk memeroleh ilmu ini berbeda. Level yang pertama menggunakan panca indera dan penalaran pada umumnya. Sedangkan level yang kedua menggunakan instrumen spiritual, yaitu kasyf dan dhauq, hudur, shuhud, dan ahwal. Ini bukan berarti akal dan panca indera tidak digunakan pada level ini, tapi sudah mengalami konvertasi dari yang biasa kepada yang luar biasa, yaitu rasional dikonvert kepada intelektual dan empirical kepada pengalaman spiritual yang otentik (outhentic spiritual experience).

BAB III
KESIMPULAN

1.      Jenis belajar menurut Van Parren yaitu: otomaisme, incidental, menghafal, pengetahuan, arti kata-kata, konsep, memecahkan problem melalui pengamatan, dan belajar berfikir. Jenis-jenis belajar menurut Menurut Gagne jenis belajar dikelompokkan menjadi: Belajar Isyarat (Signal Learning), Belajar Stimulus-Respon (Stimulus Response Learning), Belajar Rangkaian (Chaining Learning), Belajar Asosiasi Verbal (Verbal Association Learning), Belajar Membedakan (Discrimination Learning), Belajar Konsep (Concept Learning), Belajar Hukum / Aturan (Rule Learning), Belajar Pemecahan Masalah (Problem Solving Learning). Menurut Robert H. Davis jenis belajar: Konsep, Prinsip, Pemecahan Masalah, Kemampuan motor-perceptual
2.      Efisiensi adalah sebuah konsep yang mencerminkan perbandingan terbaik antara usaha dengan hasilnya. Dari konsep itu dibagi menjadi efisiensi usaha belajar dan efisiensi hasil belajar.
3.      Pendekatan belajar ada tiga, yaitu pendekatan hukum Jost, pendekatan Ballard dan Clanchy, pendekatan Biggs. Menurut al-Ghazali ada dua pendekatan yaitu: ta’lim insani dan ta’lim rabbani.
4.      Metode belajar ada beberapa macam, diantaranya adalah metode SQ3R, metode PQ4R, metode PQRST dan Quantum Learning. Dalam Islam, metode belajar selain dengan menghafal juga ada istilah metode intuisi. metode intuisi adalah kemampuan untuk mengetahui sesuatu tanpa melalui proses reasoning atau conscious analyzing hingga kita bisa menjawab "what to do".
Apabila antara pendekatan, strategi, metode, teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran. Model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

 Djamarah, Syaiful Bahri, Psikologi Belajar, Jakarta: Rineka Cipta,. 2002.
 http://de-referencia.blogspot.com/2010/01/jenis-bentuk-belajar-menurut-van.html.
 http://kammigresikonly.multiply.com/journal/item/21.
 http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=624.
 http://fisikaumm.blogspot.com/2009/01/teori-belajar-menurut-islam.html.
 http://syaifworld.blogspot.com/2009/11/efisiensi-dan-efektifitas-belajar.html.
 Syah, Muhibbin, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatanf Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003.
 Sobur, Alex, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, Bandung: Pustaka Setia, 2003.
 Sagala, Syaiful, Konsep dan Makna Pembelajaran (untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar), Bandung: CV Alfabeta, 2005.
 Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005.


[1] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (untuk membantu memecahkan problematika belajar dan mengajar), (Bandung: CV Alfabeta, 2005), 68
[2] Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: Rineka Cipta,. 2002),  27
[3] http://de-referencia.blogspot.com/2010/01/jenis-bentuk-belajar-menurut-van.html
[4] http://kammigresikonly.multiply.com/journal/item/21
[5] http://kammigresikonly.multiply.com/journal/item/21
[6] http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/10/jenis-jenis-belajar.html
[7] Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatanf Baru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), 125
[8] Ibid, 125
[9] Ibid, 126
[10] Alex Sobur, Psikologi Umum dalam Lintasan Sejarah, (Bandung: Pustaka Setia, 2003), 258-260
[11] Muhibbin, Psikologi Pendidikan…, 127
[12] Muhibbin, Psikologi Pendidikan…, 128
[13] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna…, 71-87
[14] http://fisikaumm.blogspot.com/2009/01/teori-belajar-menurut-islam.html
[15] Muhibbin, Psikologi Pendidikan…, 130
[16] Syaiful Sagala, Konsep dan Makna …, 60
[17] http://syaifworld.blogspot.com/2009/11/efisiensi-dan-efektifitas-belajar.html
[18]  Alex Sobur, Psikologi Umum…, 254
[19]  Ibid, 255
[20]  Ibid, 255
[21] Departemen Agama RI, Al-Quran dan Terjemahnya, Semarang: Karya Toha Putra, 1998, 219
[22] Tohirin, Psikologi Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005), 122-123
[23] http://www.e-psikologi.com/epsi/artikel_detail.asp?id=624
[24] http://fajrulislam.wordpress.com/2010/12/10/konsep-intuisi-menurut-al-attas/