PENELITIAN KUANTITATIF
Oleh: Aminatul Zahroh
Jurusan Tarbiyah, PAI 5A
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Dalam kajian pendidikan dan penelitian khususnya
terdapat dua macam penelitian, selain penelitian kualitatif yang bersifat
alamiah yang memiliki ciri khas dan metode tersendiri. Terdapat pula penelitian
kuantitatif yang bersifat ilmiah. Penelitian kuantitafif adalah salah satu
model penelitian yang paling banyak diterapkan atau dipakai oleh kalangan
mahasiswa maupun akademisi dan praktisi pendidikan guan meneliti permasalahan
social atau suatu yang menarik dikaji dalam kaitannya dengan bidang pendidikan.
Biasanya sebagai peneliti yang sering kita jumpai,
kalau mereka memang memiliki basic unggul dalam ilmu eksakta yang khususnya
ilmu matematika. Maka mereka lebih cenderung untuk memiliki penelitian
kuantitatif. Dalam artian seseorang yang terbiasa bergelut dengan angka angka
dan rumus-rumus matematik, mereka akan memilih penelitian ini. Karena
penelitian kuantitatif melibatkan pengukuran angka-angka dengan menggunakan
metode statistic.
Enegenai penting dan sangat banyaknya penggunaan
metode penelitian ini. Maka penulis merasa perlu guna menjelaskan bagaimana dan
seperti apa ruang lingkup penelitian kuantitatif ini. Yang nantinya akan
mengarahka kita untuk lebih cakap dan bahkan profesional, kaitannya dalam
penggalian keilmuan yang khususnya dalam penelitian pendidikan Islam.
B. Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana Pengertian, tujuan dan ruang
lingkup dari penelitian kuantitatif ?
2.
Bagaimana Karakteristik dari penelitian kuantitatif ?
3.
Bagaimana Paradigma dari penelitian
kuantitatif ?
4.
Apa saja macam-macam dari penelitian
kuantitatif ?
5.
Apa saja perbedaan antara penelitian
kuantitatif dengan penelitian kualitatif ?
6.
Bagaimana Validitas dan Reliabilitas
Instrumen dalam penelitian kuantitatif ?
7.
Bagaimana langkah-langkah dari
penelitian kuantitatif ?
C. Tujuan
Pembahasan
1.
Mengetahui Pengertian, tujuan dan ruang
lingkup dari penelitian kuantitatif ?
2.
Mengetahui Karakteristik dari penelitian
kuantitatif ?
3.
MengetahuiParadigma dari penelitian
kuantitatif ?
4.
Mengetahui macam-macam dari penelitian
kuantitatif ?
5.
Mengetahui perbedaan antara penelitian
kuantitatif dengan penelitian kualitatif ?
6.
Mengetahui Validitas dan Reliabilitas
Instrumen dalam penelitian kuantitatif ?
7.
Mengetahui langkah-langkah dari
penelitian kuantitatif ?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian, Tujuan dan Ruang
Lingkup Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian
yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Penelitian kuantitatif
dikembangkan oleh penganut positivisme yang dipelopori oleh Auguste Conte.
Aliran ini berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka
metode-metode IPA harus diadopsi ke dalam
riset-riset ilmu sosial.
Selanjutnya Penelitian
kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap
bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.
Tujuan
penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis
yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran
adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini
memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan
ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Penelitian kuantitatif secara luas didefinisikan
sebagai pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan
ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas
sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase
tanggapan mereka.
Dalam penelitian Kuantitatif ini menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah atau proses
ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan
secara sistematis berdasarkan bukti fisis.
Ilmuwan melakukan observasi serta membentuk hipotesis
dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan
hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen.
Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi
suatu teori
ilmiah.
B.
Karakteristik Penelitian
Kuantitatif
Di dalam penelitian Kuantitatif ini memiliki ciri-ciri
khusus atau karakteristik tersendiri yang tentunya berbeda dengan penelitian
yang lain diantaranya :
1.
Desain ; a. spesifik, jelas, rinci b. ditentukan secara mantap sejak awal,
c. menjadi pegangan langkah demi
langkah.
2.
Tujuan : a. menunjukkan hubungan antar variabel, b. menguji teori, c. mencari
generalisasi yang mempunyai nilai prediktif.
3.
Teknik Pengumpulan data : kuesioner, observasi dan wawancara terstruktur.
4.
Instrumen Penelitian : test, angket, wawancara terstruktur dan instrument yang
telah terstandar.
5.
Data : kuantitatif ( angk-angka ), hasil pengukuran variabel yang dioperassikan
dengan menggunakan instrument.
6.
Sampel : besar, representative, sedapat mungkin random dan sudah ditentukan
sejak awal.
7.
Analisis : dilakukan setelah selesai pengumpulan data, deduktif dan menggunakan
statistic untuk menguji hipotesis.
8.
Hubungan dengan responden : dibuat berjarak bahkan sering tanpa kontak supaya
obyektif, kedudukan peneliti lebih tinggi dari pada responden.
9.
Kepercayaan terhadap hasil penelitian dengan pengujian validitas dan
reliabilitas instrument.
C.
Paradigma Penelitian Kuantitatif
- Menganjurkan pemakaian
metode-metode kuantitatif.
-
Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-sebab
dari gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individu-individu.
-
Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-blakan (obtrusive)
-
Bersifat obyektif
-
Jauh dari data; bertolak dari sudut pandangan dari “luar”
-
Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrouned), ditujukan pada pengujian
(verification-oriented), menekankan penegasan (confirmatory),
reduksionis, inferensial, deduktif-hipotetik.
-
Berorientasi pada hasil
-
Reliabel; data ‘keras’ dan dapat diulang
-
Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus
-
Bersifat partikularistik
- Mengasumsikan adanya realitas
yang stabil.
Sedangkan
mengenai paradigma yang dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang
menunjukkan hubungan antar variable yang akan diteliti yang khusus terdapat
pada penelitian survey terangkum sebagai berikut :
1.
Paradigma sederhana
2.
Paradigma sederhana berurutan
3.
Paradigma ganda dengan dua variabel
Independen
4.
Paradigma ganda dengan tiga variabel
Independen
5.
Paradigma ganda dengan dua variabel
Dependen
6.
Paradigma ganda dengan dua variabel
Independen dan dua variabel Dependen
D.
Macam-macam Penelitian Kuantitatif
1. Penelitian Survei
2. Penelitian Eksperimen
3. Penelitian Exposfacto
4. Penelitian Korelasional
5. Penelitian Komparatif
E.
Perbedaan Penelitian Kuantitatif dengan
Penelitian Kualitatif
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian
yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Karenanya dalam
penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi penting,
sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan
berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang
diteliti yang kemudian menghasilkan data
kuantitatif.
Menurut sifat dari suatu penelitian
pendidikan, dalam penelitian kuantitatif penelitiannya bersifat ilmiah
dan sedangkan pada penelitian kualitatif penelitiannya bersifat alamiah.Berbeda
dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi kasus, penelitian
kuantitatif bermuara pada survey. Richard dan Cook seperti yang dikutip dalam bukunya
Abdullah Fajar, beliau mengemukakan perbedaan antara paradigma penelitian
kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut :
PARADIGMA KUALITATIF
|
PARADIGMA KUANTITATIF
|
Menganjurkan pemakaian
metode kualitatif
Bersandar
pada fenomenologisme dan verstehen; perhatian tertuju pada pemahaman tingkah
laku manusia dari sudut pandangan pelaku itu sendiri.
Pengamatan
berlangsung secara alamiah (naturalistic) dan tidak dikendalikan (uncontrolled)
Bersifat
subyektif
Dekat
dengan data; bertolak dari perspektif dari “dalam” individu atau masyarakat
yang diteliti.
Penelitian
bersifat mendasar (grouned), ditujukan pada penemuan (discovery-oriented),
menekankan pada perluasan (expansionist), bersifat deskriptif, dan
induktif.
Berorientasi
pada proses
Valid;
data bersifat ‘mendalam’, ‘kaya’, dan ‘nyata.
Tidak
dapat digeneralisasikan; studi di atas kasus tunggal
Bersifat
holistic
Mengasumsikan
adanya realitas yang bersifat dinamik
|
Menganjurkan pemakaian
metode-metode kuantitatif.
Bersandar
pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-sebab dari
gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individu-individu.
Pengamatan
ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-blakan (obtrusive)
Bersifat
obyektif
Jauh
dari data; bertolak dari sudut pandangan dari “luar”
Penelitian
bersifat tidak mendasar (ungrouned), ditujukan pada pengujian (verification-oriented),
menekankan penegasan (confirmatory), reduksionis, inferensial,
deduktif-hipotetik.
Berorientasi
pada hasil
Reliabel;
data ‘keras’ dan dapat diulang
Dapat
digeneralisasikan; studi atas banyak kasus
Bersifat
partikularistik
Mengasumsikan
adanya realitas yang stabil
|
F.
Validitas dan Reliabilitas
Instrumen Dalam Penelitian Kuantitatif
Pertanyaan-pertanyaan
untuk mengukur variabel yang kita teliti sebelumnya harus dilakukan uji
validitas dan reliabilitas. Bila
instrumen/alat ukur tersebut tidak valid maupun reliabel, maka tidak
akan diperoleh hasil penelitian yang baik.Validitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat
pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur.
Ada beberapa jenis validitas, namun yang
paling banyak dibahas adalah validitas konstruk. Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah
dan definisi yang digunakan untuk menggabarkan secara abstrak kejadian,
keadaan, kelompok atau individu yang
menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep itu kemudian seringkali masih harus diubah menjadi
definisi yang operasional, yang menggambarkan bagaimana mengukur suatu gejala.
Langkah selanjutnya adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan/
pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan definisi itu.
Untuk mencari definisi konsep
tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara sebagai berikut :
- Mencari
definisi konsep yang dikemukakan para ahli. Untuk ini perlu dipelajari
buku-buku referensi yang relevan.
- Kalau
dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep penelitian,
maka peneliti harus mendefinisikan
sendiri konsep tersebut. Untuk tujuan ini peneliti dapat mendiskusikan
dengan ahli-ahli yang kompeten dibidang konsep yang akan diukur.
- Menanyakan
definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang
yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden.
Misalnya peneliti ingin mengukur konsep “religiusitas”. Dalam mendefinisikan
konsep ini peneliti dapat langsung menanyakan kepada beberapa calon responden tetnang
ciri-ciri orang yang religius. Berdasar jawaban calon responden, kemudian
disusun kerangka suatu konsep. Apabila terdapat konsistensi antra
komponen-komponen konstruk yang
satu dengna lainnya, maka konstruk itu memiliki validitas.
Cara yang paling banyak dipakai
untuk mengetahui validitas konstruk suatu instrumen/alat pengukur ialah dengan
mengkorelasikan skor/nilai yang diperoleh pada masing-masing
pertanyaan/pernyataan dari semua responden dengan skor/nilai total semua pertanyaan/pernyataan
dari semua responden. Korelasi antara skor/nilai setiap pertanyaan/pernyataan
dan skor/nilai total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu
misalnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
Reliabilitas adalah indeks yang
menunjukkan sejauh mana suatu alat pengkur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Reliabilitas menunjukkan kemantapan/konsistensi hasil pengukuran. Suatu alat pengukur
dikatakan mantap atau konsisten, apabila
untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat pengukur itu menunjukkan hasil yang
sama, dalam kondisi yang sama.
Setiap alat pengukur seharusnya
memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang mantap atau
konsisten. Pada alat pengukur fenomena fisik seperti berat dan panjang suatu
benda, kemantapan atau konsistensi hasil pengukuran bukanlah sesuatu yang sulit
diperoleh. Tetapi untuk pengukuran fenomena sosial, seperti sikap, pendapat,
persepsi, kesadaran beragama, pengukuran yang mantap atau konsisten, agak sulit
dicapai.
Berhubung gejala sosial tidak
semantap fenomena fisik, maka dalam pengukuran fenomena sosial selalu
diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran. Dalam penelitian sosial kesalahan
pengukuran ini cukup besar. Karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang
sebenarnya, kesalahan pengukuran ini perlu diperhitungkan. Makin kecil
kesalahan pengukuran, semakin reliabel alat pengukurnya. Semakin besar kesalahan
pengukuran, semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut.
Teknik-teknik untuk menentukan
reliabilitas ada tiga yaitu: a. teknik ulangan, b. teknik bentuk pararel dan c.
teknik belah dua. Dalam tulisan ini akan dijelaskan satu teknik saja yaitu
teknik belah dua. Teknik belah dua merupakan cara mengukur reliabilitas suatu
alat ukur dengan membagi alat ukur menjadi dua kelompok. Adapun
langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan
instrumen kepada sejumlah responden kemudia dihitung validitas itemnya. Item
yang valid dikumpulkan menjadi satu, item yang tidak valid dibuang.
b. Membagi
item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk mebelah instrumen menjadi
dua, dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut: 1). Membagi item dengan
cara acak (random). Separo masuk belahan pertama, yang separo lagi masuk
belahan kedua; atau (2) membagi item berdasarkan nomor genap-ganjil. Item yang
bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu dan yang bernomor genap juga dijadikan
satu. Untuk menghitung reliabilitasnya skor total dari kedua belahan itu
dikorelasikan.
G.
Langkah-langkah Penelitian
Kuantitatif
1. Latar Belakang Masalah
Latar belakang masalah memuat hal-hal
yang melatar belakangi dilakukannya
penelitian, apa hal yang menarik untuk melakukan penelitian biasanya karena
adanya kesenjangan antara kesenjangan antara yang seharusnya dan kenyataan.
Dalam bagian ini dimuat deskripsi singkat wilayah penelitian dan juga jika
diperlukan hasil penelitian peneliti sebelumnya. Secara rinci latar belakang berisi:
a. Argumentasi
mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti dipandang dari bidang
keilmuan/maupun kebutuhan praktis.
b. Penjelasan
akibat-akibat negatif jika masalah tersebut tidak dipecahkan.
c. Penjelasan
dampak positif yang timbul dari hasil-hasil penelitian
d. Penjelasan
bahwa masalah tersebut relevan,
aktual dan sesuai dengan situasi dan
kebutuhan zaman
e. Relevansinya
dengna penelitian-penelitian sebelumnya
f. Gambaran
hasil penelitian dan manfaatnya bagi masyarakat atau negara dan bagi perkembangan
ilmu.
2. Identifikasi,
Pemilihan dan Perumusan Masalah
a. Identifikasi
Masalah
Masalah
penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang
seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau
teori dan sebagainya.
b. Pemilihan Masalah
1). Mempunyai nilai penelitian (asli
penting dan dapat diuji)
2). Fisible (biaya, waktu dan kondisi)
3). Sesuai dengan kualifikasi peneliti
4). Menghubungkan dua variabel atau
lebih.
c. Sumber
Masalah
Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan,
pengalaman, hasil penelitian terdahulu, dan lain-lain.
d. Perumusan
Masalah
1). Dirumuskan dalam bentuk kalimat
tanya
2). Jelas dan padat
3).
Dapat menjadi dasar dalam merumusan hipotesa dan judul penelitian
Selain dirumuskan dalam bentuk kalimat
Tanya, suatu masalah dapat dirumuskan dengan menggunakan kalimat berita.
Keduanya sama baiknya akan tetapi ada perbedaan dalam kemampuannya
mengkomunikasikan pesan yang ada di dalamnya. Kalimat berita lebih bersifat
memberikan gambaran tentang karakteristik masalah yang bersangkutan. Sedangkan
kalimat tanya dapat lebih mengakibatkan adanya tantangan untuk mengumpulkan
informasi lebih lanjut.
Terlepas dari bentuk perumusan masalah
yang digunakan, terdapat beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai pegangan
untuk merumuskan masalah, yaitu sebagai berikut :
1) Masalah
yang dirumuskan harus mampu menggambarkan penguraian tentang gejala-gejala yang
dimilikinya dan bagaimana kaitan antara gejala satu dengan gejala lainnya.
2) Masalah
harus dirumuskan secara jelas dan tidak berarti dua, artinya tidak ada maksud
lain yang terkandung selain bunyi masalahnya. Rumusan masalah tersebut juga
harus dapat menerangkan dirinya sendiri sehingga tidak diperlukan keterangan
lain untuk menjelaskannya. Masalah yang baik selalu dilengkapi dengan rumusan
yang utuh antara unsur sebab dan unsur akibat sehingga dapat menantang
pemikiran lebih jauh.
3) Masalah
yang baik hendaknya dapat memancing pembuktian lebih lanjut secara empiris.
Suatu masalah tidak hanya menggambarkan hubungan antargejala tetapi juga
bagaimana gejala-gejala tersebut dapat diukur.
c.
Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian
1) Tujuan
penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/ capai dari
masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling mudah adalah dengan mengubah
kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan.
2) Manfaat
penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis.
d.
Telaah Pustaka
Manfaat Telaah Pustaka
1) Untuk
memperdalam pengetahuan tentang masalah
yang diteliti
2) Menyusun
kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran
3) Untuk
mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesa
4) Untuk
menghindari terjadinya pengulangan penelitian.
e.
Pembentukan Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan
pemikiran yang membantu arah penelitian, pemilihan konsep, perumusan hipotesa
dan memberi kerangka orientasi untuk klasifikasi dan analisis data.
Kerangka teori dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau berdasarkan
pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti sendiri.
Teori yang dibahas atau teori yang
dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat dengan permasalahan penelitian.
Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya tentang masalah yang diteliti
tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian
hubungan dua variabel atau lebih maka
dalam landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan
dua variabel tersebut.
f.
Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban terhadap
masalah penelitian yang secara teoritis
dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa
merupakan kristalisasi dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah
pustaka. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan
populasi yang akan diuji kebenarannya
berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.
g.
Definisi Operasional Variabel Penelitian
Konsep merupakan definisi dari
sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti). Konsep ada yang sederhana
dan dapat dilihat seperti konsep meja, kursi dan sebagainya dan ada konsep yang
abstrak dan tak dapat dilihat seeprti konsep partisipasi, peranan dan
sebagainya. Konsep yang tak dapat dilihat disebut construct. Karena construct
bergerak di alam abstrak maka perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara
empiris, atau dalam kata lain perlu ada definisi operasional.Definisi
operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku
atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.
Konsep yang mempunyai variasi nilai
disebut variabel. Variabel dibagi menjadi dua:
a. Variabel
deskrit/katagorikal misalnya : variabel jenis kelamin.
b. Variabel Continues misal : variabel umur
Proses pengukuran variabel merupakan
rangkaian dari empat aktivitas pokok yaitu:
1. Menentukan
dimensi variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian sosial sering kali
memiliki lebih dari satudimensi. Semakin lengkap dimensi suatu variabel yang
dapat diukur, semakin baik ukuran yang dihasilkan.
2. Merumuskan
dimensi variabel. Setelah dimensi-dimensi suatu variabel dapat ditentukan,
barulah dirumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi. Ukuran ini biasanya
berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan dimensi tadi.
3. Menentukan
tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran. Apakah skala: nominal,
ordinal, interval, atau ratio.
4. Menguji
tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai
adalah alat ukur yang baru.
Contoh
yang bagus proses pengukuran suatu variabel dikemukakan oleh Glock dan Stark
yang mengembangkan suatu konsep untuk mengukur tingkat religiusitas. Menurut
pendapat mereka konsep religiusitas mempunyai lima dimensi sebagai berikut :
1. Ritual
Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang
mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka. Seperti sholat, puasa,
membayar zakat, dan lain-lain, bagi yang beragama Islam. atau pergi ke gereja
dan kegiatan ritual lainnya bagi yang beragama Kristen.
2. Ideologi
Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang
menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agama mereka masing-masing. Misalkan
apakah seseorang yang beragama percaya tentang adanya malaikat, hari kiamat,
surga, neraka, dan lain-lain hal yang sifatnya dogmatik.
3. Intellectual
Involvement, sebenarnya jauh seseorang mengetahui
tentang ajaran agamanya. Seberapa jauh aktivitasnya di dalam menambah
pengetahuan agamanya, apakah dia mengikuti pengajian, membaca buku-buku agama,
bagi yang beragama Islam. bagi yang beragama Kristen apakah dia menghadiri
Sekolah Minggu, membaca buku-buku agama, dan lain-lain. Demikian pula dengan
orang pemeluk agama lainnya, apakah dia mengerjakan hal-hal yang serupa.
4. Experiential
Involvement, yaitu dimensi yang berisikan
pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang
dari Tuhan. Misalnya, apakah seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan
Tuhan; apakah di apernah merasakan bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena
pertolongan Tuhan, dan lain-lain.
5. Consequential
Involvement, yaitu dimensi yang mengukur sejauh
mana perilaku seseorang dimotifikasikan oleh ajaran agamanya. Misalkan apakah
dia menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. misalnya, apakah dia
pergi mengunjungi tetangganya yang sakit, mendermakan sebagian kekayaannya
untuk kepentingan fakir miskin. Menyumbangkan uangnya untuk pendirian rumah
yatim piatu, dan lain-lain.
Dimensi-dimensi yang disebut di atas kemudian diperinci dalam aspek yang
lebih kecil dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian
dijadikan komponen alat pengukur yang terhadap dimensi tingkat religiusitas.
BAB
III
PENUTUP
»
Kesimpualan
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian
yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Penelitian kuantitatif adalah
penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.
Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan
dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis
yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran
adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini
memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan
ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Menurut sifat dari suatu penelitian pendidikan,
dalam penelitian kuantitatif penelitiannya bersifat ilmiah dan sedangkan
pada penelitian kualitatif penelitiannya bersifat alamiah.
DAFTAR
RUJUKAN
Ancok, Djamaluddin, Teknik Penyusunan
Skala Pengukuran, Yogyakarta: PPK UGM, 1989.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992.
Fajar, Abdullah, Metodologi
Penelitian Kualitatif dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni –
Agustus, Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga, 1992.
Harahap, Nasruddin, Penelitian Sosial
: Latar Belakang, Proses : Persiapan Pelaksanaannya, dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1
Juni – Agustus, Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga, 1992.
Koentjaraningrat, Metode-Metode
Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1973.
Nasir, Mohammad, Metode Penelitian,
Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, Metode
Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES, 1985.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif,
Kualitatif dan R &D,
Bandung: Alfabeta, 2008.
Suryadi, Ace, Teori dan Praktek
Perumusan Masalah Dalam Penelitian Sosial Keagamaan, Makalah Tidak
Diterbitkan, 2000.
Tanzeh, Ahmad dan Suyitno, Dasar-dasar
Penelitian, Surabaya : Elkaf, 2006.
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian
Ilmu Dakwah, Jakarta : Logos, 1997.
Ace Suryadi, Teori
dan Praktek Perumusan Masalah Dalam Penelitian Sosial Keagamaan, Makalah
Tidak Diterbitkan, 2000, 56.
Suharsimi
Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, ( Jakarta : PT.
Rineka Cipta, 1992 ).
Djamaluddin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran, ( Yogyakarta:
PPK UGM, 1989 ), 46