Sabtu, 09 Februari 2013

Bupati Tulungagung

NAMA BUPATI TULUNGAGUNG
 (Dari Awal Mula Berdirinya Kota Tulungagung Hingga Sekarang)
By: Aminatul Zahroh, S.Pd.I.
Akademisi Pascasarjana STAIN Tulungagung

Nama-nama Bupati Ngrowo (saat ini Tulungagung) secara lengkap sebagai berikut:
1.      Kyai Ngabei Mangoen Dirono, beliau adalah Adipati Ngrowo ke-1 (tahun tidak diketahui) dan bertempat di Kalangbret. Beliau memerintah pada waktu keraton Surakarta dipimpin Pakubuwono 2 tahun yakni dari tahun 1727-1729.
2.      Tondo Widjojoadipati, beliau adalah Adipati Ngrowo ke-2 (tahun tidak diketahui) dan bertempat di Kalangbret.
3.      RM. Mangoen Negoro, beliau adalah Adipati Ngrowo ke-3 (tahun tidak diketahui) dan bertempat di Kalangbret.
4.      RM. Pringgodiningrat, beliau adalah Adipati Ngrowo ke-4 dengan masa jabatan dari tahun 1824-1830 dan bertempat di Tulungagung
5.      RMT. Djajaningrat, beliau adalah Adipati Ngrowo ke-5 dengan masa jabatan dari tahun 1831-1855 dan bertempat di Tulungagung.
6.      RMA. Soemodiningrat, beliau adalah Adipati Ngrowo ke-6 dengan masa jabatan dari tahun 1856-1864 dan bertempat di Tulungagung.
7.      RT. Djojo Atmodjo, beliau adalah Adipati Ngrowo ke-7 dengan masa jabatan dari tahun 1864-1865 dan bertempat di Tulungagung.
8.      RMT. Gondo Koesoemo, beliau adalah Adipati Ngrowo ke-8 dengan masa jabatan dari tahun 1865-18679 dan bertempat di Tulungagung.
9.      RT. Soemodirjo, beliau adalah Adipati Ngrowo ke-9 dengan masa jabatan dari tahun 1879-1882.
10.  RMT. Pringgo Koesoemo, beliau adalah Adipati Ngrowo ke-10 dengan masa jabatan dari tahun 1882-1895.
11.  RT. Parto Widjojo, beliau adalah Adipati Ngrowo ke-11 dengan masa jabatan dari tahun 1896-1901. Mulai tahun 1901 inilah sebutan Ngrowo berubah menjadi Kabupaten Tulungagung.
12.  RT. Tjokro Adinegoro, beliau adalah Bupati Tulungagung ke-12 dengan masa jabatan dari tahun 1902-1907.
13.  RPA. Sosrodiningrat, beliau  adalah Bupati Tulungagung ke-13 dengan masa jabatan dari tahun 1908-1943.
14.  R. Djanoe Ismadi, beliau  adalah Bupati Tulungagung ke-14 dengan masa jabatan dari tahun 1943-1945.
15.  R. Moedajat, beliau  adalah Bupati Tulungagung ke-15 dengan masa jabatan dari tahun 1945-1947.
16.  R. Muchtar Praboe Mangkoenegoro, beliau  adalah Bupati Tulungagung ke-16 dengan masa jabatan dari tahun 1947-1950.
17.  R. Moestopo, beliau  adalah Bupati Tulungagung ke-17 dengan masa jabatan dari tahun 1951-1958.
18.  Dwidjosoeparto, beliau  adalah Bupati/Kepala Daerah Tulungagung ke-18 dengan masa jabatan dari tahun 1958.
19.  Kasran, beliau  adalah Bupati/Kepala Daerah Tulungagung ke-19 dengan masa jabatan dari tahun 1958-1959.
20.  R. Soerjo Koesomo, beliau  adalah Bupati/Kepala Daerah Tulungagung ke-20 dengan masa jabatan dari tahun 1959-1960.
21.  M. Poegoeh Tjokro Soemarto, beliau  adalah Bupati/Kepala Daerah Tulungagung ke-21 dengan masa jabatan dari tahun 1960-1966.
22.  R. Soedarta, beliau  adalah Bupati/Kepala Daerah Tulungagung ke-22 dengan masa jabatan dari tahun 1966-1968.
23.  Letkol (U), beliau  adalah Bupati/Kepala Daerah Tulungagung ke-23 dengan masa jabatan dari tahun1968-1973.
24.  Letkol (D), beliau  adalah Bupati/Kepala Daerah Tulungagung ke-24 dengan masa jabatan dari tahun 1973-1978.
25.  Singgih, beliau  adalah Bupati/Kepala Daerah Tulungagung ke-25 dengan masa jabatan dari tahun 1978-1983.
26.  Drs. M. Ch. Pornanto, beliau  adalah Bupati/Kepala Daerah Tulungagung ke-26 dengan masa jabatan dari tahun 1983-1988.
27.  Drs. H. Djaefoedin said, M.Si, beliau  adalah Bupati/Kepala Daerah Tulungagung ke-27 dengan masa jabatan dari tahun 1988-1998.
28.  Drs. H. Ahmad Boedi Soesetyo, beliau  adalah Bupati/Kepala Daerah Tulungagung ke-28 dengan masa jabatan dari tahun 1998-2003.
29.  Ir. H. Heru Tjahjono, MM, beliau  adalah Bupati/Kepala Daerah Tulungagung ke-29 dengan masa jabatan dari tahun 2003-2013.
30.  Syahri Mulyo, SE, beliau  adalah Bupati/Kepala Daerah Tulungagung ke-30 dengan masa jabatan dari tahun 2013-2018.

Penelitian Kuantitatif

PENELITIAN KUANTITATIF
Oleh: Aminatul Zahroh
Jurusan Tarbiyah, PAI 5A

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Dalam kajian pendidikan dan penelitian khususnya terdapat dua macam penelitian, selain penelitian kualitatif yang bersifat alamiah yang memiliki ciri khas dan metode tersendiri. Terdapat pula penelitian kuantitatif yang bersifat ilmiah. Penelitian kuantitafif adalah salah satu model penelitian yang paling banyak diterapkan atau dipakai oleh kalangan mahasiswa maupun akademisi dan praktisi pendidikan guan meneliti permasalahan social atau suatu yang menarik dikaji dalam kaitannya dengan bidang pendidikan.
Biasanya sebagai peneliti yang sering kita jumpai, kalau mereka memang memiliki basic unggul dalam ilmu eksakta yang khususnya ilmu matematika. Maka mereka lebih cenderung untuk memiliki penelitian kuantitatif. Dalam artian seseorang yang terbiasa bergelut dengan angka angka dan rumus-rumus matematik, mereka akan memilih penelitian ini. Karena penelitian kuantitatif melibatkan pengukuran angka-angka dengan menggunakan metode statistic.
Enegenai penting dan sangat banyaknya penggunaan metode penelitian ini. Maka penulis merasa perlu guna menjelaskan bagaimana dan seperti apa ruang lingkup penelitian kuantitatif ini. Yang nantinya akan mengarahka kita untuk lebih cakap dan bahkan profesional, kaitannya dalam penggalian keilmuan yang khususnya dalam penelitian pendidikan Islam.

B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimana Pengertian, tujuan dan ruang lingkup dari penelitian kuantitatif ?
2.      Bagaimana  Karakteristik dari penelitian kuantitatif ?
3.      Bagaimana Paradigma dari penelitian kuantitatif ?
4.      Apa saja macam-macam dari penelitian kuantitatif ?
5.      Apa saja perbedaan antara penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif ?
6.      Bagaimana Validitas dan Reliabilitas Instrumen dalam penelitian kuantitatif ?
7.      Bagaimana langkah-langkah dari penelitian kuantitatif ?

C.    Tujuan Pembahasan
1.      Mengetahui Pengertian, tujuan dan ruang lingkup dari penelitian kuantitatif ?
2.      Mengetahui Karakteristik dari penelitian kuantitatif ?
3.      MengetahuiParadigma dari penelitian kuantitatif ?
4.      Mengetahui macam-macam dari penelitian kuantitatif ?
5.      Mengetahui perbedaan antara penelitian kuantitatif dengan penelitian kualitatif ?
6.      Mengetahui Validitas dan Reliabilitas Instrumen dalam penelitian kuantitatif ?
7.      Mengetahui langkah-langkah dari penelitian kuantitatif ?

BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian, Tujuan dan Ruang Lingkup Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Penelitian kuantitatif dikembangkan oleh penganut positivisme yang dipelopori oleh Auguste Conte. Aliran ini berpendapat bahwa untuk memacu perkembangan ilmu-ilmu sosial, maka metode-metode IPA harus diadopsi ke dalam  riset-riset ilmu sosial.[1]
Selanjutnya Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya. Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.[2]
Penelitian kuantitatif banyak dipergunakan baik dalam ilmu-ilmu alam maupun ilmu-ilmu sosial, dari fisika dan biologi hingga sosiologi dan jurnalisme. Pendekatan ini juga digunakan sebagai cara untuk meneliti berbagai aspek dari pendidikan. Istilah penelitian kuantitatif sering dipergunakan dalam ilmu-ilmu sosial untuk membedakannya dengan penelitian kualitatif.[3]
Penelitian kuantitatif secara luas didefinisikan sebagai pengukuran data kuantitatif dan statistik objektif melalui perhitungan ilmiah berasal dari sampel orang-orang atau penduduk yang diminta menjawab atas sejumlah pertanyaan tentang survei untuk menentukan frekuensi dan persentase tanggapan mereka.
Dalam penelitian Kuantitatif ini menggunakan metode ilmiah. Metode ilmiah atau proses ilmiah merupakan proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan bukti fisis. Ilmuwan melakukan observasi serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.[4]
B.     Karakteristik Penelitian Kuantitatif
Di dalam penelitian Kuantitatif ini memiliki ciri-ciri khusus atau karakteristik tersendiri yang tentunya berbeda dengan penelitian yang lain diantaranya :
1. Desain ; a. spesifik, jelas, rinci b. ditentukan secara mantap sejak awal, c.   menjadi pegangan langkah demi langkah.
2. Tujuan : a. menunjukkan hubungan antar variabel, b. menguji teori, c. mencari generalisasi yang mempunyai nilai prediktif.
3. Teknik Pengumpulan data : kuesioner, observasi dan wawancara terstruktur.
4. Instrumen Penelitian : test, angket, wawancara terstruktur dan instrument yang telah terstandar.
5. Data : kuantitatif ( angk-angka ), hasil pengukuran variabel yang dioperassikan dengan menggunakan instrument.
6. Sampel : besar, representative, sedapat mungkin random dan sudah ditentukan sejak awal.
7. Analisis : dilakukan setelah selesai pengumpulan data, deduktif dan menggunakan statistic untuk menguji hipotesis.
8. Hubungan dengan responden : dibuat berjarak bahkan sering tanpa kontak supaya obyektif, kedudukan peneliti lebih tinggi dari pada responden.
9. Kepercayaan terhadap hasil penelitian dengan pengujian validitas dan reliabilitas instrument.[5]
C.    Paradigma Penelitian Kuantitatif
- Menganjurkan pemakaian metode-metode kuantitatif.
- Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-sebab dari gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individu-individu.
- Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-blakan (obtrusive)
- Bersifat obyektif
- Jauh dari data; bertolak dari sudut pandangan dari “luar”
- Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrouned), ditujukan pada pengujian (verification-oriented), menekankan penegasan (confirmatory), reduksionis, inferensial, deduktif-hipotetik.
- Berorientasi pada hasil
- Reliabel; data ‘keras’ dan dapat diulang
- Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus
- Bersifat partikularistik
- Mengasumsikan adanya realitas yang stabil.[6]
Sedangkan mengenai paradigma yang dalam hal ini diartikan sebagai pola pikir yang menunjukkan hubungan antar variable yang akan diteliti yang khusus terdapat pada penelitian survey terangkum sebagai berikut :
1.      Paradigma sederhana
2.      Paradigma sederhana berurutan
3.      Paradigma ganda dengan dua variabel Independen
4.      Paradigma ganda dengan tiga variabel Independen
5.      Paradigma ganda dengan dua variabel Dependen
6.      Paradigma ganda dengan dua variabel Independen dan dua variabel Dependen
7.      Paradigma jalur.[7]  

D.    Macam-macam Penelitian Kuantitatif
           1. Penelitian Survei
2. Penelitian Eksperimen
3. Penelitian Exposfacto
4. Penelitian Korelasional
5. Penelitian Komparatif

E.     Perbedaan Penelitian Kuantitatif dengan Penelitian Kualitatif
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Karenanya dalam penelitian kuantitatif pengukuran terhadap gejala yang diamati menjadi penting, sehingga pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan daftar pertanyaan berstruktur (angket) yang disusun berdasarkan pengukuran terhadap variabel yang diteliti yang  kemudian menghasilkan data kuantitatif.
Menurut sifat dari suatu penelitian pendidikan, dalam penelitian kuantitatif penelitiannya bersifat ilmiah dan sedangkan pada penelitian kualitatif penelitiannya bersifat alamiah.Berbeda dengan penelitian kualitatif yang menekankan pada studi kasus, penelitian kuantitatif bermuara pada survey. Richard dan Cook seperti yang dikutip dalam bukunya Abdullah Fajar, beliau mengemukakan perbedaan antara paradigma penelitian kualitatif dan kuantitatif sebagai berikut :

 


PARADIGMA KUALITATIF
PARADIGMA KUANTITATIF
Menganjurkan pemakaian metode kualitatif

Bersandar pada fenomenologisme dan verstehen; perhatian tertuju pada pemahaman tingkah laku manusia dari sudut pandangan pelaku itu sendiri.

Pengamatan berlangsung secara alamiah (naturalistic) dan tidak dikendalikan (uncontrolled)
Bersifat subyektif

Dekat dengan data; bertolak dari perspektif dari “dalam” individu atau masyarakat yang diteliti.

Penelitian bersifat mendasar (grouned), ditujukan pada penemuan (discovery-oriented), menekankan pada perluasan (expansionist), bersifat deskriptif, dan induktif.

Berorientasi pada proses
Valid; data bersifat ‘mendalam’, ‘kaya’, dan ‘nyata.

Tidak dapat digeneralisasikan; studi di atas kasus tunggal

Bersifat holistic

Mengasumsikan adanya realitas yang bersifat dinamik
Menganjurkan pemakaian metode-metode kuantitatif.

Bersandar pada positivisme logika; mencari fakta-fakta dan sebab-sebab dari gejala sosial dengan mengesampingkan keadaan individu-individu.

Pengamatan ditandasi pengukuran yang dikendalikan dan blak-blakan (obtrusive)

Bersifat obyektif

Jauh dari data; bertolak dari sudut pandangan dari “luar”

Penelitian bersifat tidak mendasar (ungrouned), ditujukan pada pengujian (verification-oriented), menekankan penegasan (confirmatory), reduksionis, inferensial, deduktif-hipotetik.

Berorientasi pada hasil
Reliabel; data ‘keras’ dan dapat diulang


Dapat digeneralisasikan; studi atas banyak kasus

Bersifat partikularistik

Mengasumsikan adanya realitas yang stabil

F.     Validitas dan Reliabilitas Instrumen Dalam Penelitian Kuantitatif
            Pertanyaan-pertanyaan untuk mengukur variabel yang kita teliti sebelumnya harus dilakukan uji validitas dan reliabilitas. Bila  instrumen/alat ukur tersebut tidak valid maupun reliabel, maka tidak akan diperoleh hasil penelitian yang baik.Validitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat  pengukur betul-betul mengukur apa yang akan diukur.
            Ada beberapa jenis validitas, namun yang paling banyak dibahas adalah validitas konstruk.  Konstruk atau kerangka konsep adalah istilah dan definisi yang digunakan untuk menggabarkan secara abstrak kejadian, keadaan, kelompok  atau individu yang menjadi pusat perhatian penelitian. Konsep itu kemudian  seringkali masih harus diubah menjadi definisi yang operasional, yang menggambarkan bagaimana mengukur suatu gejala. Langkah selanjutnya adalah menyusun pertanyaan-pertanyaan/ pernyataan-pernyataan yang sesuai dengan definisi itu.
             Untuk mencari definisi konsep tersebut dapat ditempuh dengan berbagai cara sebagai berikut :
  1. Mencari definisi konsep yang dikemukakan para ahli. Untuk ini perlu dipelajari buku-buku referensi yang relevan.
  2. Kalau dalam literatur tidak dapat diperoleh definisi konsep-konsep penelitian, maka peneliti  harus mendefinisikan sendiri konsep tersebut. Untuk tujuan ini peneliti dapat mendiskusikan dengan ahli-ahli yang kompeten dibidang konsep yang akan diukur.
  3. Menanyakan definisi konsep yang akan diukur kepada calon responden atau orang-orang yang memiliki karakteristik yang sama dengan responden.[8] Misalnya peneliti ingin mengukur konsep “religiusitas”. Dalam mendefinisikan konsep ini peneliti dapat langsung menanyakan  kepada beberapa calon responden tetnang ciri-ciri orang yang religius. Berdasar jawaban calon responden, kemudian disusun kerangka suatu konsep. Apabila terdapat konsistensi antra komponen-komponen konstruk yang  satu dengna lainnya, maka konstruk itu memiliki validitas.  
            Cara yang paling banyak dipakai untuk mengetahui validitas konstruk suatu instrumen/alat pengukur ialah dengan mengkorelasikan skor/nilai yang diperoleh pada masing-masing pertanyaan/pernyataan dari semua responden dengan  skor/nilai total semua pertanyaan/pernyataan dari semua responden. Korelasi antara skor/nilai setiap pertanyaan/pernyataan dan skor/nilai total haruslah signifikan berdasarkan ukuran statistik tertentu misalnya dengan menggunakan teknik korelasi product moment.
             Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengkur dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Reliabilitas menunjukkan kemantapan/konsistensi  hasil pengukuran. Suatu alat pengukur dikatakan mantap  atau konsisten, apabila untuk mengukur sesuatu berulang kali, alat pengukur itu menunjukkan hasil yang sama, dalam kondisi yang sama.
             Setiap alat pengukur seharusnya memiliki kemampuan untuk memberikan hasil pengukuran yang mantap atau konsisten. Pada alat pengukur fenomena fisik seperti berat dan panjang suatu benda, kemantapan atau konsistensi hasil pengukuran bukanlah sesuatu yang sulit diperoleh. Tetapi untuk pengukuran fenomena sosial, seperti sikap, pendapat, persepsi, kesadaran beragama, pengukuran yang mantap atau konsisten, agak sulit dicapai.
             Berhubung gejala sosial tidak semantap fenomena fisik, maka dalam pengukuran fenomena sosial selalu diperhitungkan unsur kesalahan pengukuran. Dalam penelitian sosial kesalahan pengukuran ini cukup besar. Karena itu untuk mengetahui hasil pengukuran yang sebenarnya, kesalahan pengukuran ini perlu diperhitungkan. Makin kecil kesalahan pengukuran, semakin reliabel alat pengukurnya. Semakin besar kesalahan pengukuran, semakin tidak reliabel alat pengukur tersebut.
            Teknik-teknik untuk menentukan reliabilitas ada tiga yaitu: a. teknik ulangan, b. teknik bentuk pararel dan c. teknik belah dua. Dalam tulisan ini akan dijelaskan satu teknik saja yaitu teknik belah dua. Teknik belah dua merupakan cara mengukur reliabilitas suatu alat ukur dengan membagi alat ukur menjadi dua kelompok. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a.       Mengajukan instrumen kepada sejumlah responden kemudia dihitung validitas itemnya. Item yang valid dikumpulkan menjadi satu, item yang tidak valid dibuang.
b.      Membagi item yang valid tersebut menjadi dua belahan. Untuk mebelah instrumen menjadi dua, dapat dilakukan dengan salah satu cara berikut: 1). Membagi item dengan cara acak (random). Separo masuk belahan pertama, yang separo lagi masuk belahan kedua; atau (2) membagi item berdasarkan nomor genap-ganjil. Item yang bernomor ganjil dikumpulkan menjadi satu dan yang bernomor genap juga dijadikan satu. Untuk menghitung reliabilitasnya skor total dari kedua belahan itu dikorelasikan.

G.    Langkah-langkah Penelitian Kuantitatif
1. Latar Belakang Masalah
          Latar belakang masalah memuat hal-hal yang melatar belakangi  dilakukannya penelitian, apa hal yang menarik untuk melakukan penelitian biasanya karena adanya kesenjangan antara kesenjangan antara yang seharusnya dan kenyataan. Dalam bagian ini dimuat deskripsi singkat wilayah penelitian dan juga jika diperlukan hasil penelitian peneliti sebelumnya. Secara rinci latar belakang berisi:
a.    Argumentasi mengapa masalah tersebut menarik untuk diteliti dipandang dari bidang keilmuan/maupun kebutuhan praktis.
b.    Penjelasan akibat-akibat negatif jika masalah tersebut tidak dipecahkan.
c.    Penjelasan dampak positif yang timbul dari hasil-hasil penelitian 
d.   Penjelasan bahwa masalah  tersebut relevan, aktual  dan sesuai dengan situasi dan kebutuhan zaman
e.    Relevansinya dengna penelitian-penelitian sebelumnya
f.     Gambaran hasil penelitian dan manfaatnya bagi masyarakat atau negara dan bagi perkembangan ilmu.[9]
       2.  Identifikasi, Pemilihan  dan Perumusan Masalah
a.    Identifikasi Masalah
Masalah penelitian dapat diidentifikasi sebagai adanya kesenjangan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan, adanya kesenjangan informasi atau teori dan sebagainya.
b. Pemilihan Masalah
1). Mempunyai nilai penelitian (asli penting dan dapat diuji)
2). Fisible (biaya, waktu dan kondisi)
3). Sesuai dengan kualifikasi peneliti
4). Menghubungkan dua variabel atau lebih.[10]
c.    Sumber Masalah
Bacaan, seminar, diskusi, pengamatan, pengalaman, hasil penelitian terdahulu, dan lain-lain.
d.   Perumusan Masalah 
1). Dirumuskan dalam bentuk kalimat tanya
2). Jelas dan padat
3).  Dapat menjadi dasar dalam merumusan hipotesa dan judul penelitian
Selain dirumuskan dalam bentuk kalimat Tanya, suatu masalah dapat dirumuskan dengan menggunakan kalimat berita. Keduanya sama baiknya akan tetapi ada perbedaan dalam kemampuannya mengkomunikasikan pesan yang ada di dalamnya. Kalimat berita lebih bersifat memberikan gambaran tentang karakteristik masalah yang bersangkutan. Sedangkan kalimat tanya dapat lebih mengakibatkan adanya tantangan untuk mengumpulkan informasi lebih lanjut.
Terlepas dari bentuk perumusan masalah yang digunakan, terdapat beberapa kriteria yang dapat dipakai sebagai pegangan untuk merumuskan masalah, yaitu sebagai berikut :
1)      Masalah yang dirumuskan harus mampu menggambarkan penguraian tentang gejala-gejala yang dimilikinya dan bagaimana kaitan antara gejala satu dengan gejala lainnya.
2)      Masalah harus dirumuskan secara jelas dan tidak berarti dua, artinya tidak ada maksud lain yang terkandung selain bunyi masalahnya. Rumusan masalah tersebut juga harus dapat menerangkan dirinya sendiri sehingga tidak diperlukan keterangan lain untuk menjelaskannya. Masalah yang baik selalu dilengkapi dengan rumusan yang utuh antara unsur sebab dan unsur akibat sehingga dapat menantang pemikiran lebih jauh.
3)      Masalah yang baik hendaknya dapat memancing pembuktian lebih lanjut secara empiris. Suatu masalah tidak hanya menggambarkan hubungan antargejala tetapi juga bagaimana gejala-gejala tersebut dapat diukur.[11]
c.    Perumusan Tujuan dan Manfaat Penelitian
1)   Tujuan penelitian adalah suatu pernyataan tentang apa yang akan kita cari/ capai dari masalah penelitian. Cara merumuskan yang paling mudah adalah dengan mengubah kalimat pertanyaan dalam rumusan masalah menjadi kalimat pernyataan.
2)   Manfaat penelitian mencakup manfaat teoritis dan praktis.[12]
d.   Telaah Pustaka
Manfaat Telaah Pustaka
1)   Untuk memperdalam  pengetahuan tentang masalah yang diteliti
2)   Menyusun kerangka teoritis yang menjadi landasan pemikiran
3)   Untuk mempertajam konsep yang digunakan sehingga memudahkan perumusan hipotesa
4)   Untuk menghindari terjadinya pengulangan penelitian.
e.    Pembentukan Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan landasan pemikiran yang membantu arah penelitian, pemilihan konsep, perumusan hipotesa dan memberi kerangka orientasi untuk klasifikasi dan analisis data.[13] Kerangka teori dibuat berdasarkan teori-teori yang sudah ada atau berdasarkan pemikiran logis yang dibangun oleh peneliti sendiri.
Teori yang dibahas atau teori yang dikupas harus mempunyai relevansi yang kuat dengan permasalahan penelitian. Sifatnya mengemukakan bagaimana seharusnya tentang masalah yang diteliti tersebut berdasar konsep atau teori-teori tertentu. Khusus untuk penelitian hubungan dua variabel atau lebih  maka dalam landasan teori harus dapat digambarkan secara jelas bagaimana hubungan dua variabel tersebut.
f.     Perumusan Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban terhadap masalah penelitian yang secara  teoritis dianggap paling mungkin dan paling tinggi tingkat kebenarannya. Hipotesa merupakan kristalisasi dari kesimpulan teoritik yang diperoleh dari telaah pustaka. Secara statistik hipotesis merupakan pernyataan mengenai keadaan populasi yang  akan diuji kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh dari sampel penelitian.
g.    Definisi Operasional Variabel Penelitian
Konsep merupakan definisi dari sekelompok fakta atau gejala (yang akan diteliti). Konsep ada yang sederhana dan dapat dilihat seperti konsep meja, kursi dan sebagainya dan ada konsep yang abstrak dan tak dapat dilihat seeprti konsep partisipasi, peranan dan sebagainya. Konsep yang tak dapat dilihat disebut construct. Karena construct bergerak di alam abstrak maka perlu diubah dalam bentuk yang dapat diukur secara empiris, atau dalam kata lain perlu ada definisi operasional.Definisi operasional adalah mengubah konsep dengan kata-kata yang menggambarkan perilaku atau gejala yang dapat diamati dan dapat diuji kebenarannya oleh orang lain.
Konsep yang mempunyai variasi nilai disebut variabel. Variabel dibagi menjadi dua:
a.    Variabel deskrit/katagorikal misalnya : variabel jenis kelamin.
b.    Variabel  Continues misal : variabel umur
Proses pengukuran variabel merupakan rangkaian dari empat aktivitas pokok yaitu:
1.    Menentukan dimensi variabel penelitian. Variabel-variabel penelitian sosial sering kali memiliki lebih dari satudimensi. Semakin lengkap dimensi suatu variabel yang dapat diukur, semakin baik ukuran yang dihasilkan.
2.    Merumuskan dimensi variabel. Setelah dimensi-dimensi suatu variabel dapat ditentukan, barulah dirumuskan ukuran untuk masing-masing dimensi. Ukuran ini biasanya berbentuk pertanyaan-pertanyaan yang relevan dengan dimensi tadi.
3.    Menentukan tingkat ukuran yang akan digunakan dalam pengukuran. Apakah skala: nominal, ordinal, interval, atau ratio.
4.    Menguji tingkat validitas dan reliabilitas dari alat pengukur apabila yang dipakai adalah alat ukur yang baru.
Contoh yang bagus proses pengukuran suatu variabel dikemukakan oleh Glock dan Stark yang mengembangkan suatu konsep untuk mengukur tingkat religiusitas. Menurut pendapat mereka konsep religiusitas mempunyai lima dimensi sebagai berikut :  
1. Ritual Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang mengerjakan kewajiban ritual di dalam agama mereka. Seperti sholat, puasa, membayar zakat, dan lain-lain, bagi yang beragama Islam. atau pergi ke gereja dan kegiatan ritual lainnya bagi yang beragama Kristen.
2.    Ideologi Involvement, yaitu tingkatan sejauh mana orang menerima hal-hal yang dogmatik di dalam agama mereka masing-masing. Misalkan apakah seseorang yang beragama percaya tentang adanya malaikat, hari kiamat, surga, neraka, dan lain-lain hal yang sifatnya dogmatik.
3.    Intellectual Involvement, sebenarnya jauh seseorang mengetahui tentang ajaran agamanya. Seberapa jauh aktivitasnya di dalam menambah pengetahuan agamanya, apakah dia mengikuti pengajian, membaca buku-buku agama, bagi yang beragama Islam. bagi yang beragama Kristen apakah dia menghadiri Sekolah Minggu, membaca buku-buku agama, dan lain-lain. Demikian pula dengan orang pemeluk agama lainnya, apakah dia mengerjakan hal-hal yang serupa.
4.    Experiential Involvement, yaitu dimensi yang berisikan pengalaman-pengalaman unik dan spektakuler yang merupakan keajaiban yang datang dari Tuhan. Misalnya, apakah seseorang pernah merasakan bahwa doanya dikabulkan Tuhan; apakah di apernah merasakan bahwa jiwanya selamat dari bahaya karena pertolongan Tuhan, dan lain-lain.
5.    Consequential Involvement, yaitu dimensi yang mengukur sejauh mana perilaku seseorang dimotifikasikan oleh ajaran agamanya. Misalkan apakah dia menerapkan ajaran agamanya di dalam kehidupan sosial. misalnya, apakah dia pergi mengunjungi tetangganya yang sakit, mendermakan sebagian kekayaannya untuk kepentingan fakir miskin. Menyumbangkan uangnya untuk pendirian rumah yatim piatu, dan lain-lain.[14]
Dimensi-dimensi yang disebut  di atas kemudian diperinci dalam aspek yang lebih kecil dalam bentuk pertanyaan. Pertanyaan-pertanyaan tersebut kemudian dijadikan komponen alat pengukur yang terhadap dimensi tingkat religiusitas.
                               
BAB III
PENUTUP
»        Kesimpualan
Penelitian kuantitatif merupakan suatu penelitian yang analisisnya secara umum memakai analisis statistik. Penelitian kuantitatif adalah penelitian ilmiah yang sistematis terhadap bagian-bagian dan fenomena serta hubungan-hubungannya.
Tujuan penelitian kuantitatif adalah mengembangkan dan menggunakan model-model matematis, teori-teori dan/atau hipotesis yang berkaitan dengan fenomena alam. Proses pengukuran adalah bagian yang sentral dalam penelitian kuantitatif karena hal ini memberikan hubungan yang fundamental antara pengamatan empiris dan ekspresi matematis dari hubungan-hubungan kuantitatif.
Menurut sifat dari suatu penelitian pendidikan, dalam penelitian kuantitatif penelitiannya bersifat ilmiah dan sedangkan pada penelitian kualitatif penelitiannya bersifat alamiah.

DAFTAR RUJUKAN


Ancok, Djamaluddin, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran, Yogyakarta: PPK UGM, 1989.
Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992.
Fajar, Abdullah, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni – Agustus, Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga, 1992.
Harahap, Nasruddin, Penelitian Sosial : Latar Belakang, Proses : Persiapan Pelaksanaannya,  dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni – Agustus, Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga, 1992.
Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia, 1973.        
Nasir, Mohammad, Metode Penelitian, Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988.
Singarimbun, Masri dan Effendi, Sofian, Metode Penelitian Survai, Jakarta : LP3ES, 1985.
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D,  Bandung: Alfabeta, 2008.
Suryadi, Ace, Teori dan Praktek Perumusan Masalah Dalam Penelitian Sosial Keagamaan, Makalah Tidak Diterbitkan, 2000.
Tanzeh, Ahmad dan Suyitno, Dasar-dasar Penelitian, Surabaya : Elkaf, 2006.
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta : Logos, 1997.




[1] Nasruddin Harahap Penelitian Sosial : Latar Belakang, Proses : Persiapan Pelaksanaannya,  dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni – Agustus,  (Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga, 1992), 15
[2] John W. Creswell, Research design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Methods Approaches, SAGE, 2003, dalam  http://id.wikipedia.org/wiki/Penelitian_kuantitatif tanggal 17 April 2010.
[3] Ibid., 1.
[4] Ahmad Tanzeh dan Suyitno, Dasar-dasar Penelitian, ( Surabaya : Elkaf, 2006 ), 4.
[5] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D, ( Bandung: Alfabeta, 2008 ), 14 -16.
[6] Abdullah Fajar, Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Jurnal Penelitian Agama Nomor: 1 Juni – Agustus,  (Balai Penelitian P3M IAIN Sunan Kalijaga, 1992 ), 34.
[7] Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R &D, ( Bandung: Alfabeta, 2008 ), 42-48.
[8] Djamaluddin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran, ( Yogyakarta: PPK UGM, 1989 ), 25
[9] Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, ( Jakarta : Logos, 1997 ), 14
[10] Mohamad Nasir, Metode Penelitian,  (Jakarta : Ghalia Indonesia, 1988 ), 28
[11] Ace Suryadi, Teori dan Praktek Perumusan Masalah Dalam Penelitian Sosial Keagamaan, Makalah Tidak Diterbitkan, 2000, 56.
[12]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktis, ( Jakarta : PT. Rineka Cipta, 1992 ).
[13] Koentjaraningrat, Metode-Metode Penelitian Masyarakat, ( Jakarta : Gramedia, 1973 ).
[14] Djamaluddin Ancok, Teknik Penyusunan Skala Pengukuran, ( Yogyakarta: PPK UGM, 1989 ), 46