Metodologi
Penelitian
Oleh: Aminatul
Zahroh
Penulis Buku
& Akademisi Program Pascasarjana
A.
Latar
Belakang Masalah
Pada diri setiap
manusia terdapat dorongan ingin tahu atau rasa ingin tahu (human curiousity). Karena dorongan ingin tahu tersebut, semenjak kanak-kanak,
manusia cenderung untuk mempertanyakan berbagai hal yang belum diketahui dan
dipahaminya. Baik yang berada dalam medan pengamatannya maupun pemikirannya.
Dorongan dan kecenderungan tersebut, mengisyaratkan adanya keinginan manusia
untuk lebih memahami dunia dimana dia hidup, baik dalam dunia alam maupun dunia
sosial.[1]
Sebagai contoh,
seseorang yang bekerja sebagai guru sekolah akan selalu berusaha membuat anak
didiknya memperoleh prestasi yang baik. Apabila ada salah satu anak didik
memperoleh nilai yang tidak memuaskan, maka guru akan selalu mencari cara agar
anak tersebut berhasil dalam memperoleh nilai yang memuaskan.
Jika melihat dari uraian di
atas, maka dapat dikatakan bahwa bibit kegiatan penelitian telah ada dan
demikian akrab dalam kegiatan manusia. Namun, apakah setiap orang yang melakukan
pengamatan dan pemahaman terhadap sesuatu bisa disebut penelitian? Dalam
makalah ini, kami mencoba membahas mengenai paradigma penelitian yang kami
anggap sebagai dasar untuk mengetahuai apa sesunggunya penelitian itu.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Paradigma Penelitian
Pengertian
paradigma dalam Kamus Bahasa Indonesia lengkap adalah “daftar uraian atas kata
menjadi unsur-unsur pembentuk kata tersebut”.[2]
Sedangkan paradigma penelitian terkait dengan pertanyaan fundamental berupa
pertanyaan ontologis, epistemologis dan metodologis. Paradigma adalah kontruksi
manusia. Apa yang benar tentang paradigma adalah benar berkenaan dengan
analisis, suatu konstruksi manusia milik kita. Adapun hubungan persoalan mendalam
secara metafisik (ontologis), epistemologis dan metodologis dengan paradigma
penelitian., menurut Guba dan Lincoln (1994), dapat dilukiskan dalam tabel 1.1.
tabel berikut melukiskan posisi tiap paradigma dalam hubungannya dengan
ontologi, epistemologi dan metodologi. Tabel 1.1. juga menunjukkan kedudukan
paradigma dalam hubungannya dengan penelitian kuantitatif dan kualitatif.
Penelitian kualitatif terkait dalam paradigma teori kritis dan konstruktif,
sedangakan penelitian kuantitatif terkait dengan paradigma positivisme dan
postpositivisme.[3]
Table 1.1:
metafisika (kepercayaan dasar) tentang alternatif paradigma penelitian[4]
item
|
positivisme
|
postpositivisme
|
Teori kritis
|
konstruksivisme
|
Onto-
logi
|
Realisme
live-realitas “real” yang dapat difahami
|
Realisme
kritis-realisme “real” tetapi hanya dapat dipahami secara tidak sempurna dan
probabilitas
|
Realisme
historis-realitas sebenarnya dibentuk oleh faktor sosial, politik, cultural
ekonomi, etnik, gender, didapatkan dalam waktu
|
Realitivisme-lokal dan
spesifik yang terbentuk secara khusus
|
epistemologi
|
Dualistis/obyectivis
penemuan kebenaran
|
Modifikasi
dualistis/obyectivis/tradisi/komonotaskritis; kemung- kinan temuan benar
|
Transaksional/subyectivist;
perantara nilai temuan
|
Transaksional,
subyectivist; menciptakan temuan-temuan
|
Metodolo
gis
|
Experinmental/manipulasi;
verifikasi hipotesis, terutama metode kuantitatif
|
Modifikasi
eksperimen perbanyakan kritis; falsifikasi hipotesis; mencakup metode
kualitatif
|
Dialogis/dielektik
|
Hermeneutik/dialektik
|
B.
Hakekat Penelitian
1.
Pengertian
penelitian
Penelitian secara ilmiah, dilakukan oleh manusia untuk
menyalurkan hasrat ingin tahu yang telah mencapai taraf ilmiah, yang disertai
dengan suatu keyakinan bahwa setiap gejala akan dapat ditelaah dan dicari
hubungan sebab akibatnya atau kecenderungan yang timbul. “…the careful, diligent, and exhaustive investigation of a scientific
subyect matter, having as its aim the advancement of mankind’s knowledge”.[5]
Penelitian tidak lain adalah art and science guna
mencari jawaban terhadap suatu permasalahan. Karena seni dan ilmiah maka
penelitian juga akan memberikan ruang-ruang yang akan mengakomodasi adanya
perbedaan tentang apa yang dimaksud dengan penelitian. Penelitian dapat pula
diartikan sebagai cara pengamatan atau inkuiri dan mempunyai tujuan untuk
mencari jawaban permasalahan atau proses penemuan, baik itu discovery maupun invention. Discovery diartikan
hasil temuan yang memang sebetulnya sudah ada, sebagai contoh misalnya penemuan
benua Amerika adalah penemuan yang cocok untuk arti discovery. Sedangkan invention
dapat diartikan sebagai penemuan hasil penelitian yang betul-betul baru
dengan dukungan fakta. Misalnya hasil cloning
dari hewan yang sudah mati dan dinyatakan punah, kemudian diteliti untuk
menemukan jenis yang baru.[6]
Penelitian adalah proses ilmiah yang mencakup sifat
formal dan intensif. Karakter formal dan intensif karena mereka terikat dengan
aturan, urutan, maupun cara penyajiannya agar memperoleh hasil yang akui dan
bermanfaat bagi kehidupan manusia. Intensif dengan menerapkan ketelitian dan
ketepatan dalam melakukan proses penelitian agar memperoleh hasil yang dapat
dipertanggungjawabkan, memcahkan problem melalui hubungan sebab dan akibat,
dapat diulang kembali`dengan cara yang sama dan hasil yang sama.[7]
Penelitian menurut Kerlinger yang dikutip oleh Sukardi
dalam bukunya “Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Praktiknya”
ialah proses penemuan yang mempunyai karakteristik, terkontrol, empiris, dan
mendasarkan pada teori dan hipotesis atau jawaban sementara. Beberapa
karakteristik penelitian sengaja ditekankan oleh Kerlinger agar kegiatan
penelitian memang berbeda dengan kegiatan professional yang lainnya. Penelitian
berbeda dengan kegiatan yang menyangkut tugas-tugas wartawan yang biasanya
meliput dan melaporkan berita atas dasar fakta. Pekerjaan mereka belum
dikatakan penelitian, karena tidak dilengkapi karakteristik lain yang mendukung
agar dapat dikatakan hasil penelitian, yaitu karakteristik mendasarkan pada
teori yang ada dan relevan dan dilakukan secara intensif dan dikontrol dalam
pelaksanaanya.[8]
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa
penelitian tidak lain adalah usaha seseorang yang dilakukan secara sistematis
mengikuti aturan-aturan metodologi, misalnya observasi secara sistematis, dikontrol
dan mendasarkan pada teori yang ada dan diperkuat dengan gejala yang ada.[9]
Hasil penelitian ilmiah adalah kebenaran ilmiah atau pengetahuan ilmiah.
Penelitian ilmiah yang selanjutnya disebut penelitian atau research memiliki
ciri: sistematis, logis dan empiris. Sistematis artinya memiliki metode yang
bersistem yakni memiliki tata cara dan tata urutan serta bentuk kegiatan yang
jelas dan runtut. Logis artinya menggunakan prinsip yang dapat diterima akal
(nalar). Empiris artinya berdasarkan realitas atau kenyataan.[10]
2.
Tujuan
penelitian
Tujuan utama penelitian yang menggunakan pendekatan
kualitatif ialah mengembangkan pengertian, konsep-konsep, yang pada akhirnya
menjadi teori. Tahap ini dikenal sebagai “grounded
theory research”. Sebaliknya pendektan kuantitatif bertujuan untuk menguji
teori, membangun fakta, menunjukkan hubungan antar variabel, memberikan
deskripsi statistik, manaksir dan meramalkan hasilnya.[11]
Soekamto (1986) menjelaskan bahwa suatu penelitian,
khususnya dalam ilmu-ilmu empirik, pada umumnya bertujuan untuk menemukan,
mengembangkan, atau menguji kebenaran suatu pengetahuan. Menemukan berarti
berusaha untuk mendapatkan sesuatu untuk mengisi kekosongan atau kekurangan.
Mengembangkan berarti memperluas dan menggali lebih dalam apa yang sudah ada,
sedang menguji kebenaran dilakukan jika apa yang sudah ada masih atau menjadi
diragu-ragukan kebenarannya. Penelitian yang bertujuan menemukan
problematik-problematik baru bisa disebut penelitian eksploratif. Penelitian yang khususnya dimaksudkan untuk
mengembangkan pengetahuan yang sudah ada dinamakan penelitian pengembangan (developmental research). Sedang
penelitian yang ditujukan untuk menguji kebenaran suatu pengetahuan disebut
penelitian verifikatif.[12]
Suatu penelitian mungkin dilakukan hanya sampai pada
taraf deskriptif, mungkin juga sampai pada taraf inferensial. Pada taraf
deskriptif orang hanya semata-mata melukiskan keadaan obyek atau peristiwa
tanpa suatu maksud untuk mengambil kesimpulan-kesimpulan yang berlaku secara
umum. Sebaliknya, dalam penelitian yang dilakukan sampai taraf inferensial
orang tidak hanya berhenti pada taraf melukiskan melainkan dengan keyakinan
tertentu mengambil kesimpulan-kesimpulan umum dari bahan-bahan tentang obyek
persoalannya. Kesimpulan-kesimpulan semacam inilah yang nantinya diharapkan
dapat dijadikan dasar-dasar deduksi untuk menghadapi persoalan-persoalan khusus
atau tindakan-tindakan praktis tentang kejadian-kejadian tertentu.[13]
Sebagaimana yang telah dinyatakan Selltiz, dalam
Soekamto (1986) maka tujuan dari penelitian adalah.”…to discover answers to questions throught the application of
scientific procedures. These procedures have been developed in order to
increase the likelihood that the information gathered will be relevant to the
question asked and will be reliable and unbiased…”.[14]
Apabila pernyataan tersebut dijabarkan lebih lanjut,
maka akan tampak bahwa tujuan-tujuan dari penelitian (research purposes) adalah sebagai berikut:[15]
a)
Mendapatkan
pengetahuan tentang suatu gejala, sehingga dapat merumuskan masalah
b)
Memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam tentang suatu gejala sehingga dapat merumuskan
hipotesa.
c)
Untuk
menggambarkan secara lengkap karakteristik atau ciri-ciri dari:
Ø Suatu keadaan
Ø Perilaku pribadi
Ø Perilaku kelompok tanpa didahului dengan hipotesa
d)
Mendapatkan
keterangan tentang frekuensi peristiwa.
e)
Memperoleh data
mengenai hubungan antara suatu gejala dengan gejala lain (biasanya bedasarkan
hipotesa)
f)
Menguji hipotesa
yang berisikan hubungan-hubungan sebab akibat (harus didasarkan pada hipotesa)
3.
Fungsi-fungsi
penelitian
Dalam kaitannya dengan perkembangan ilmu pengetahuan.
Kegiatan penelitian merupakan salah satu media yang handal untuk memenuhi
bermacam-macam fungsi sebagai berikut:[16]
a)
Menemukan
sesuatu yang baru. Walaupun banyak cara untuk dapat menemukan informasi atau
hasil karya baru, dalam dunia pengetahuan penemuan yang dilakukan melalui suatu
kegiatan penelitian adalah hasil yang handal dan mendapat pengakuan dari
kalangan ilmuan. Melalui penelitian yang baik, hasil temuan dapat diakui oleh
para ahli dibidangnya.
b)
Mengembangkan
ilmu pengetahuan. Perkembangan ilmu pengetahuan dapat dilakukan secara
berkelanjutan melalui media penelitian. Melalui penelitian dimana seorang
peneliti biasanya dalam melakukan kajian terhadap permasalahan yang relevan
dengan mengeksplorasi terhadap yang telah dilakukan para peneliti pada waktu
lalu dan kegiatan penelitian saat sekarang untuk kemudian dilakukan pendalaman
terhadap permasalahan yang ada. Hasil dari kegiatan tersebut semakin luas dan
berkembang dengan tanpa overlapping (tumpang tindih) yang berarti.
c)
Melakukan
validasi terhadap teori lam. Hasil penelitian digunakan sebagai konfirmasi atau
pembaharuan jika terjadi perubahan yang nyata terhadap paradigma teori yang
telah lama berlaku. Melalui penelitian, hasil temuan yang memang dapat berlaku
secara universal, dapat diangkat menjadi hukum yang mungkir berlaku sepanjang
waktu. Contoh hasil penelitian yang sampai sekarang dan mungkin akan tetap
berlaku di antaranya adalah gaya gravitasi bumi terhadap suatu benda yang
selalu mengarah ke pusat bumi oleh Newton., dalil-dalil dalam teori Phytagoras,
dan sebagainya. Dalam bidang pengetahuan sosial dapat memperkuat, mengubah atau
menolak hasil temuan dari paradigma lama, ketika ternyata hasil penelitian yang
baru menghasilkan suatu yang memperkuat, membedakan atau bertentangan dengan
hasil penelitian yang lama.
d)
Menemukan
permasalahan penelitian. permasalahan penelitian pada prinsipnya dapat
diperoleh dimana saja seorang peneliti berada. Karena sebenarnya masalah
penelitian selalu ada. Untuk mengenal dan memilih penelitian permasalahan
diperlukan kejelian dan penggunaan criteria yang baik dari para peneliti. Salah
satu sumber penelitian yang signifikan adalah dalam penelitian yang telah
dilakukan oleh para peneliti. Karena dalam penelitian yang baik biasanya dalam
bab kesimpulan, implikasi dan saran, di samping memperoleh hasil temuan juga
diberikan permasalahan baru yang berkaitan dengan hasil penelitian yang telah
dilaporkan.
e)
Menambah khasanah
pengayaan ilmiah yang baru.. penelitian yang baik di samping memenuhi butir ke
empat dari fungsi-fungsi penelitian, dapat pula befungsi sebagao pelengkap
khasanah ilmu yang baru, sehingga ilmu pengetahuan senantiasa berkembang kea
rah penyempurnaan terhadap ilmu pengetahuan yang ada. Sebagai contoh dalam
perkembangan tehnologi informasi.. jika pada tahun 1955 baru tahap awal
lahirnya komputer generasi pertama dengan bentuk yang terlalu besar, dengan
harga sangat mahal, dan kapasitas terbatas dalam waktu lambat. Dengan
perkembangan yang terakhir tahun 2000, penggunaan komputer dalam tehnologi
informasi sudah sedemikian canggih dengan karakteristik bentuk fisik kecil
bahkan portabel, harga relatif dapat
terjangkau, kapasitas dan kecepatan bekerja cepat. Sayangnya budaya menambah
khasanah dalam ilmu pengetahuan kurang berkembang di masyarakat Indonesia.
Budaya tulis dengan mengedepankan hasil penelitian berkembang lebih lambat jika
dibandingkan dengan budaya lisan.
C. Jenis-Jenis
dan Macam-Macam Penelitian
1.
Jenis-jenis
penelitian
Penggolongan jenis-jenis penelitian tergantung kepada
pedoman dari segi mana penggolongan itu ditinjau. Keseragaman dasar tinjauan
penggolongan belumlah tercapai. Namun secara umum dapatlah dicatat jenis-jenis
penggolongan sebagai berikut:[17]
a)
penggolongan
menurut bidangnya: penelitian pendidikan, penelitian sejarah, penelitian
bahasa, penelitian ilmu teknik, penelitian biologi, penelitian ekonomi, dan
sebagaimana
b)
penggolongan
menurut tempatnya: penelitian laboratorium, penelitian perpustakaan, dan
penelitian kancah
c)
penggolongan
menurut pemakainnya: penelitian murni (pure
reseach) dan penelitian terpakai (applied
research)
d)
penggolongan
menurut tujuan umumnya: penelitian eksploratif,
penelitian developmental, dan
penelitian verifikatif
e)
penggolongan
menurut tarafnya: penelitian deskriptif
dan penelitian inferensial
f)
penggolongan
menurut approachnya: penelitian longitudinal dan penelitian cross-sectional
Kecuali yang disebutkan itu masih ada beberapa jenis
penggolongan lainnya yang tidak perlu disebutkan satu demi satu. Hanya satu
catatan perlu dikemukakan, yaitu karena banyak sekali overlapping antara penggolongan seperti disebutkan di atas tidak
selalu dapat diikuti oleh semua orang. Misalnya saja deskriptif dan inferensial,
oleh beberapa orang mungkin disebut tujuan bukan taraf. Hal semacam itu
hendaknya tidak dipandang sebagai suatu kesalahan, melainkan sebagai suatu
kewajaran karena dasar-dasar pengertian penggolongan yang memang lain.[18]
Dalam referensi lain, ada beberapa pendapat mengenai
jenis penelitian dalam berbagai sudut pandang. Beberapa diantaranya adalah:[19]
a)
Berdasarkan cara
dan taraf pembahasan masalah
Dalam hal ini
jenis penelitian dibagi menjadi dua macam:
Ø Penelitian diskriptif
Penelitian ini
lebih mengarah pada pengungkapan suatu masalah atau keadaan sebagaimana adanya
dan mengungkapkan fakta-fakta yang ada, walaupun kadang-kadang diberikan
interpretasi atau analisis.
Penelitian
deskriptif perlu memanfaatkan ataupun menciptakan konsep-konsep ilmiah,
sekaligus berfungsi dalam mengadakan suatu spesifikasi mengenai gejala-gejala
fisik maupun sosial yang dipersoalkan. Disamping itu, penelitian ini harus
mampu merumuskan dengan tepat apa yang ingin diteliti dan teknik penelitian apa
yang tepat dipakai untuk menganalisisnya. Hasil penelitiannya adalah difokuskan
untuk memberikan gambaran keadaan sebenarnya dari obyek yang diteliti.
Ø Penelitian inferensial
Penelitian ini
lebih mengarah kepada pengungkapan suatu masalah, keadaan, atau kejadian dengan
membuat penilaian secara menyeluruh, meluas, dan mendalam dipandang dari segi
ilmu tertentu. Fakta yang tidak ada tidak sekedar dilaporkan apa adanya, tetapi
juga analisis untuk mendapatkan suatu kesimpulan dan gagasan atau saran.
b)
Berdasarkan
tujuan
Berdasarkan
tujuan dibagi menjadi tiga macam yaitu:
Ø Penelitian eksploratif
Penelitian ini
bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang telah dirumuskan terlebih
dahulu atau memperkembangkan hipnotis untuk penelitian lanjutan.
Dalam penelitian
eksploratif, peneliti perlu mencari hubungan gejala-gejala sosial maupun fisik
untuk mengetahui bentuk hubungan tersebut. Peneliti perlu memperluas dan
mempertajam dasar-dasar empiris mengenai hubungan diantara gejala sosial atau
gejala-gejala fisik sehingga ia benar-benar mampu merumuskan
hipotesis-hipotesis yang berarti bagi penelitian lanjutan.
Instrumen yang
dapat dipakai untuk mengumpulkan data biasanya adalah wawancara, pengamatan
(observasi), dan kepustakaan. Data yang berhubungan dengan obyek penelitian
dikumpulkan sebanyak mungkin guna mendukung kesimpulan dan menciptakan
hipotesis.
Ø Penelitian uji
Tujuan
penelitian ini adalah menguji satu atau beberapa hipotesis yang telah
dirumuskan terlebih dahulu. Penelitian ini didasarkan atas suatu naskah
penelitian yang mempersoalkan langkah-langkah teknis dan metodis yang akan
diambil untuk menguji hipotesis. Sampel yang akan diambil harus benar-benar
mewakili populasi.
Dasar yang
paling tepat untuk melakukan penelitian uji adalah eksperimen guna mengetahui
sebab akibat.
Ø Penelitian deskriptif
Penelitian ini
sama dengan penelitian pada pembahasan penelitian deskriptif di atas.
c)
Berdasarkan
bentuk dan metode pelaksanaannya
Dalam hal ini
juga dibagi menjadi tiga macam:
Ø Studi kasus
Studi kasus
adalah suatu bentuk penelitian yang intensif, terintegrasi, dan mendalam.
Subyek yang diteliti terdiri dari satu unit atau satu kesatuan unit yang
dipandang sebagai kasus.
Tujuan studi
kasus adalah memperkembangkan pengetahuan yang mendalam mengenai obyek yang
diteliti yang berarti bahwa studi ini bersifat sebagai satu penelitian yang
eksploratif. Karena sifatnya yang mendalam, studi kasus pada umumnya
menghasilkan gambaran yang longitudinal, yakni hasil pengumpulan dan analisis
data dalam satu jangka waktu tertentu.
Ø Survei
Suatu metode
penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan sejumlah besar data berupa
variabel, unit atau individu dalam waktu yang bersamaan. Data dikumpulkan
melalui individu atau sampel fisik tertentu dengan tujuan agar dapat
menggeneralisasikan terhadap apa yang diteliti. Variabel yang dikumpulkan dapat
bersifat fisik maupun sosial. Bersifat fisik misalnya tanah, geomorfologi,
faktor iklim, dan sebagainya, sedangkan yang bersifat sosial dapat berupa
kependudukan, agama, mata pencaharian, pendapatan penduduk, dan sebagainya.
Survei dapat
dipakai untuk tujuan deskriptif maupun
untuk menguji suatu hipotesis. Disamping itu, survei juga dipakai dalam
penelitian penelitian eksploratif yang bertujuan menguji hipotesis atau lebih
umum lagi menjelaskan hubungan antara variabel-variabel.
Ø Eksperimen
Penelitian
eksperimen adalah suatu metode penelitian untuk mengadakan kegiatan percobaan
guna mendapatkan sesuatu hasil. Hasil tersebut menunjukkan hubungan sebab
akibat antara variabel satu dengan variabel lainnya. Tujuan eksperimen adalah
untuk mengetahui sebab dan akibat dari obyek yang diteliti.
d)
Berdasarkan bidang
yang dipilih
Berdasarkan
bidang yang dipilih menjadi dua macam, yaitu:
Ø Penelitian bidang ilmu eksakta
Peneliti ini
dapat berupa penelitian ilmu pengetahuan alam, ilmu kimia, matematika, biologi
dan sebagainya.
Ø Penelitian bidang ilmu sosial
Penelitian ini
dapat berupa ilmu sejarah, sosiologi, agama, bahasa, kependudukan, dan
sebagainya.
e)
Berdasarkan
pemakaiannya
Berdasarkan
pemakaiannya menjadi dua macam:
Ø Penelitian murni
Penelitian ini
bersifat menguji ilmu tertentu dengan menggunakan teori tertentu. Melalui
penelitian ini diharapkan dapat diperoleh teori-teori baru dalam bidang ilmu
yang diselidiki. Hal tersebut menjadikan penelitian murni disebut juga
penelitian dasar.
Ø Penelitian terpakai/terapan
Tujuan
penelitian ini adalah agar hasilnya dapat dipergunakan atau diimplementasikan.
Penelitian terapan diselenggarakan dalam rangka mengatasi masalah nyata dalam
kehidupan yang perlu diperbaiki.
Untuk itu
peneliti berusaha menemukan masalah-masalah atau kelemahan-kelemahan yang
menjadi faktor penghambat terhadap subyek yang diteliti, kemudian dicari
alternative cara yang paling tepat dan praktis untuk mengatasinya.
f)
Berdasarkan
tempatnya
Ada tiga macam
jenis penelitian berdasarkan tempatnya sebagai berikut:
Ø Penelitian laboratorium
Penelitian ini
menggunakan alat-alat laboratorium sebagai media penelitian.
Ø Penelitian kepustakaan
Penelitian ini
menggunakan kepustakaan sebagai sumber data penelitian. peneliti berusaha
mencari data dari berbagai literature yang berhubungan dengan subyek yang
mereka teliti, baik melalui perpustakaan maupun tempat lainnya.
Ø Penelitian lapangan
Penelitian ini
dilakukan di lapangan dalam arti dapat berupa wilayah tertentu (desa,
kecamatan, kabupaten dan sebagainya), lembaga/instasi atau organisasi
kemasyarakatan, serta obyek-obyek alami seperti penelitian tanah, tanaman,
hewan, sungai, topografi dan sebagainya.
2.
Macam-macam
penelitian
Apabila dibicarakan mengenai macam-macam penelitian,
maka masalah tersebut senantiasa tergantung dari sudut mana seseorang
melihatnya. Dilihat dari sudut sifatnya, dikenal adanya penelitian eksploratif atau menjelajahi, penelitian
deskriptif, dan penelitian eksplanatoris. Penelitian eksploratif
dilakukan apabila pengetahuan tentang suatu gejala yang akan diselidiki masih
kurang sekali atau bahkan tidak ada. Kadang-kadang penelitian semacam itu
disebut feseability study yang
bermaksud memperoleh data awal.[20]
Penelitian deskriptif bertujuan untuk membuat
pencandraan (deskripsi) secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai
fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu.[21]
Suatu penelitian deskriptif dimaksudkan untuk memberikan data yang seteliti
mungkin tentang manusia, keadaan atau gejala-gejala lainnya. Maksudnya adalah
terutama untuk mempertegas hipotesa-hipotesa, agar dapat membantu di dalam memperkuat
teori-teori lama atau di dalam kerangka menyusun teori-teori baru. Apabila
pengetahuan tentang suatu masalah sudah cukup, maka sebaiknya dilakukan
penelitian eksplanatoris yang terutama dimaksudkan untuk menguji
hipotesa-hipotesa tertentu.[22]
Obyek telaahan penelitian eksplanasi (explanatory
research) adalah untuk menguji hubungan antar variabel yang dihipotesiskan.
Pada jenis penelitian ini, jelas ada hipotesis yang akan diuji kebenarannya.[23]
DAFTAR
RUJUKAN
Daryanto, Kamus
Bahasa Indonesia Lengkap, Surabaya: Apollo, 1975.
Faisal, Sanapiah, Format-Format Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007.
Pabundu Tika, Moh, Metode Penelitian Geografi Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2005.
Santoso, Gempur, Metodologi Penelitian, Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005.
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi
dan Praktiknya, Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003.
Suryabrata, Sumadi, Metodologi Penelitian, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008.
Tanzeh, Ahmad Metode
Penelitian Praktis, Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004.
Tanzeh, Ahmad, Pengantar Metode Penelitian, Yogyakarta: Teras, 2009.
[1]Sanapiah
Faisal, Format-Format Penelitian Sosial,
(Jakarta: PT. Grafindo Persada, 2007), 1
[2]Daryanto,
Kamus Bahasa Indonesia Lengkap, (Surabaya:
Apollo, tt), 467
[3]Ahmad
Tanzeh, Pengantar Metode Penelitian,
(Yogyakarta: Teras, 2009), 2-3
[4]ibid
[5]Ahmad
Tanzeh, Metode Penelitian Praktis,
(Jakarta: PT. Bina Ilmu, 2004), 6
[6]Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi
dan Praktiknya, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), 3
[8]Ibid
[9]Ibid
[10]Gempur
Santoso, Metodologi Penelitian,
(Jakarta: Prestasi Pustaka, 2005), 4
[11]Ahmad
Tanzeh, Pengantar …, (Yogyakarta:
Teras, 2009), 10
[12]Ibid
[13]Ibid
[14]Ibid
[17]Ahmad Tanzeh,
Metode …, (Jakarta: PT. Bina Ilmu,
2004), 8
[19]Moh.
Pabundu Tika, Metode Penelitian Geografi (Jakarta:
PT. Bumi Aksara, 2005), 4-9
[20]Ibid
[21]Sumadi
Suryabrata, Metodologi Penelitian,
(Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2008), 97
[23]Sanapiah
Faisal, Format-Format…, (Jakarta: PT.
Grafindo Persada, 2007), 21
kalau jenis-jenis penelitian dari sukardi anda tau???
BalasHapus