Rabu, 06 Februari 2013

Evaluasi Terhadap Pembinaan Guru

EVALUASI TERHADAP PEMBINAAN GURU
Oleh: Aminatul Zahroh
Akademisi Pascasarjana STAIN Tulungagung

A.  Pengertian Evaluasi Terhadap Pembinaan Guru
Evaluasi program supervisi pendidikan adalah pemberian estimasi terhadap pelaksanaan supervisi pendidikan untuk menentukan keefektifan dan kemajuan dalam rangka mencapai tujuan supervisi pendidikan yang telah ditetapkan. Dalam supervisi pendidikan untuk perbaikan pengajaran melibatkan penentuan perubahan yang terjadi pada periode tertentu. Perubahan yang diharapkan dari semua personil dalam supervisi dan dalam perbaikan program melibatkan supervisor, guru, dan murid. Supervisor dan guru bekerjasama untuk membawa perubahan-perubahan dalam diri anak didik. Perlu dipertimbangkan bahwa ruang lingkup supervisi pendidikan meliputi rencana perbaikan, organisasi perencanaan, tujuan yang akan dicapai, teknik pencapaian tujuan, perubahan dibidang kurikulum dan bimbingan.
Supervisor pendidikan dalam mengadakan evaluasi program supervisi pendidikan harus mencakup bidang luas, dalam arti bahwa seluruh situasi yang disupervisi, termasuk supervisor sendiri juga harus dievaluasi.[1]
Evaluasi program supervisi pendidikan tidak berarti kita mengevaluasi suatu rencana program supervisi pendidikan dalam arti rencana. Evaluasi program supervisi pendidikan berusaha menentukan sampai seberapa jauh tujuan supervisi pendidikan telah tercapai. Oleh sebab itu bukan saja programnya yang dievaluasi tetapi juga proses pelaksanaan dan hasil supervisi pendidikan. Bahkan ruang lingkup evaluasi program supervisi pendidikan menyangkut semua komponen yang terkait dalam pelaksanaan supervisi pendidikan. Komponen tersebut meliputi aspek, personal, material, dan aspek operasional supervisi pendidikan.
Supervisi pendidikan dapat dilihat hasilnya dalam jangka panjang. Sedangkan hasil supervisi pendidikan yang dapat diketahui dengan cepat hanya penampakan hasil sementara. Dan hal ini akan menimbulkan kesulitan bagi kita dalam mengevaluasi program supervisi pendidikan, mengingat ruang lingkup yang akan disupervisi sangat luas (guru, staf sekolah, program sekolah pun merupakan sasaran evaluasi program supervisi pendidikan).
An important characteristic of modern supervision is its emphasis on evalution, including evalution of the teacher and the school’s program.[2] Ciri utama supervisi modern adalah adanya penekanan pada evaluasi, termasuk evaluasi terhadap keberhasilan guru, dan keberhasilan program sekolah.

B.  Langkah Evaluasi Terhadap Pembinaan Guru
Langkah-langkah evaluasi terhadap pembinaan guru, antara lain;
a.       Menetapkan atau memformulasikan tujuan evaluasi, yakni tentang apa yang akan dievaluasi terhadap pembinaan guru yang dievaluasi.
b.      Menetapkan kriteria yang akan digunakan dalam menentukan keberhasilan
pembinaan guru yang akan dievaluasi.
c.       Menetapkan cara atau metode evaluasi yang akan digunakan.
d.      Melaksanakan evaluasi, mengolah dan menganalisis data atau hasil pelaksanaan evaluasi tersebut.
e.       Menentukan keberhasilan program yang dievaluasi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan tersebut serta memberikan penjelasan-penjelasan.
f.       Menyusun rekomendasi atau saran-saran tindakan lebih lanjut terhadap pembinaan guru berikutnya berdasarkan hasil evaluasi tersebut.[3]

C.  Latar Belakang diperlukanya Program Supervisi Pendidikan
Salah satu fungsi Supervisi Pendidikan adalah untuk menilai segala aspek yang terjadi dalam proses pendidikan. Lebih penting evaluasi terhadap guru tidak dapat dipisahkan dengan evaluasi terhadap murid, sarana prasarana, masyarakat, sekolah kepemimpinannya, dan aspek administrasinya.
Hubungan antara guru dengan supervisor sering dianggap sebagai sesuatu yang berbahaya apabila keduanya ada penilaian. Hal ini benar apabila pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam mengevaluasi bersifat mengorek kesalahan-kesalahan saja dan bersifat inspektif. Cara-cara ini digunakan oleh supervisor konvensional yang diwarisi cara lama dengan kebiasaan bersifat inspektif dan korektif. Supervisi modern perlu pendekatan manusiawi dalam melaksanakan evaluasi program supervisi pendidikan.[4] 
Tujuan supervisi modern adalah untuk mendalami kebutuhan guru secara individual, membantu mereka secara individual pula, mendalami kebutuhan-kebutuhan personal lain (staf non guru), meneliti sistem yang digunakan, dan meneliti sarana dan prasarana sekolah. Hasil dari pendalaman dan penelitian tersebut sebagai bahan masukan bagi supervisor dalam rangka memberikan atau mengadakan perbaikan di kemudian hari. Dengan demikian supervisor benar-benar membantu menanggapi peningkatan usaha sekolah secara menyeluruh
Guru-guru baru sangat perlu disupervisi untuk mengantar mereka memasuki suasana kerja yang baru. Lebih-lebih guru muda dan tua seringkali berimplikasi pada persingungan nilai yang berbeda. Dengan memperoleh supervisi, guru-guru baru tersebut dapat menyesuaikan diri dengan situasi barunya, mereka tidak merasa asing tetapi merasa diterima oleh kelompok guru lainya.
Semua situasi tersebut, memerlukan adanya pelaksanaan program supervisi pendidikan yang mantap dan terarah. Untuk melaksanakan program supervisi pendidikan yang mantap perlu adanya evaluasi yang baik, yaitu dengan berpegang teguh kepada prinsip-prinsip obyektif, kooperatif, integral, dan kontinyu.[5]

a.    Tujuan Evaluasi Supervisi Pengajaran
The purpose of any program of evalution is to discover the needs of the individuals being evaluated and than to design learning experinces the will satisfy these needs.
Tujuan program evaluasi adalah meneliti atau menemukan kebutuhan-kebutuhan setiap individu yang dinilai dan kemudian digunakan untuk merencanakan pengalaman belajar yang dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan setiap individu tersebut.
Keefektifan supervisi pendidikan dapat dinilai dengan cara mengukur atau mendeskripsikan perubahan-perubahan atau perbaikan-perbaikan yang terjadi dalam keseluruhan program pendidikan.[6]
Tujuan evaluasi Supervisi Pendidikan untuk melihat perubahan-perubahan dan perbaikan, antara lain;
1. Pertumbuhan dan perkembangan siswa dalam mencapai tujuan.
2. Perbaikan di bidang kurikulum
3. Perbaikan praktek mengajar
4. Perbaikan kualitas dan pendayagunaan materi dan alat bantu mengajar.
5. Perkembangan personal dan profesional guru secara umum.
6. Perbaikan hubungan sekolah dan masyarakat.[7] 

Dengan evaluasi program supervisi dapat dilihat;
1.    Mengetahui sejauh mana pelaksanaan supervisi di sekolah mencapai tujuan.
2.    Memberikan pertimbangan demi perkembangan pendidikan di masa yang akan datang.
3.    Memperbaiki praktik-praktik pembinaan personil sekolah.
4.    Memberikan dorongan peningkatan proses belajar mengajar di sekolah.
5.    Mengetahui sejauh mana partisipasi orang tua dan masyarakat terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah.
6.    Memberikan pertimbangan dan saran atas peningkatan pengelolaan sarana dan prasarana sekolah.
7.    Membina para personel sekolah dalam mengelola kurikulum sekolah.

Mildred E.Swearingen, “Supervision of instruction” Ada beberapa tujuan evaluasi Supervisi Pendidikan, diantaranya;
1.    Menentukan kemajuan (apakah tujuan supervisi itu  tercapai hanya sebagian atau sudah secara keseluruhan).
2.    Memperjelas nilai-nilai (nilai-nilai yang dianut selama ini masih dipakai atau tidak. Misal, Guru masuk mengucapkan salam).
3.    Mendapatkan bukti (apabila supervisi pendidikan bertujuan memperbaiki situasi belajar-mengajar, maka untuk mengetahui pencapaian tujuan tersebut diperlukan adanya bukti-bukti atau tanda-tanda keberhasilan perbaikan belajar-mengajar telah tercapai. Bukti-bukti dan tanda-tanda dapat diperoleh melalui kegiatan evaluasi.
4.    Mengidentifikasi Kebutuhan (Evaluasi supervisi pendidikan dapat mewujudkan hasil tertentu yang dapat digunakan untuk menyususn rencana perbaikan situasi belajar mengajar selanjutnya. Rencana perbaikan inilah yang dapat dirumuskan dalam bentuk-bentuk kebutuhan, sebab kebutuhan-kebutuhan itu dapat menuntun penyusunan program supervisi pendidikan berikutnya. Program supervisi pendidikan setelah dilaksanakan perlu dievaluasi, demikian seterusnya sehingga program supervisi itu merupakan siklus).
5.    Mendayagunakan penemuan-penemuan penelitian (Tujuan evaluasi adalah menyatukan penemuan-penemuan penelitian untuk digunakan sebagai dasar pengevaluasian. Apabila hasil penelitian proposisi tertentu, maka proposisi tersebut dapat mendasari tujuan supervisi pendidikan yang nantinya dievaluasi).

Tujuan evaluasi Supervisi Pendidikan, meliputi;
·      membantu kita mengurangi guru-guru yang tidak kompeten.
·      memperbaiki mengajar dengan cara mendorong guru-guru untuk memperbaiki pekerjaan mereka.
·      meningkatkan administrasi dan membantu adimistrator dalam promosi pegawainya.[8]

b.   Prinsip-prinsip Evaluasi Program Supervisi Pendidikan
1.    Prinsip Komprehenship (harus mencakup bidang sasaran yang luas atau menyeluruh, baik aspek personalnya, materinya, maupun aspek operasionalnya (guru,murid, karyawan dan kepala sekolah, aspek materialnya dan operasionalnya).
2.    Prinsip Komparatif (harus dilakukan bekerjasama dengan semua orang yang terlibat dalam aktifitas Supervisi Pendidikan).
3.    Prinsip Kontinyu (harus dilakuakan secara terus menerus selama proses pelaksanaan program, hal ini untuk memonitor atas keberhasilan yang telah dicapai pada periode tertentu).
4.    Prinsip Obyektif (harus menilai sesuai dengan kenyataan yang ada), dalam keobyektifan perlu adanya data dan fakta, makin lengkap data dan fakta kita kumpulkan makin obyektiflah evaluasi yang kita lakukan.
5.    Prinsip Berdasarkan Kriteria yang valid (kriteria yang digunakan dalam evaluasi harus konsisten dengan filsafat dan tujuan yang telah dirumuskan. Kriteria ini digunakan agar memiliki standart yang jelas apabila telah dirumuskan. Kekonsistenan kriteria evaluasi dengan filasafat berarti kriteria yang dibuat harus berdasarkan tujuan pelaksanaan Supervisi Pendidikan)
6.    Prinsip Fungsional (hasil evaluasi Supervisi Pendidikan tidak hanya dimaksudkan untuk membuat laporan kepada atasan yang kemudian di bekukan, artinya evaluasi Supervisi Pendidikan benar-benar memiliki nilai guna, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kegunaan langsung untuk perbaikan apa yang dievaluasi, sedang yang tidak langsung dimanfaatkan untuk penelitian atau keperluan lainya).
7.    Prinsip Diagnostik (Evaluasi Supervisi Pendidikan harus mengidentifikasi kekurangan-kekurangan atau kelemahan-kelemahan apa yang dievaluasi sehingga kita dapat memperbaikinya. Oleh sebab itu evaluasi Supervisi Pendidikan harus didokumentasikan, bahan-bahan itu dijadikan dasar penemuan kelemahan-kelemahan atau kekurangan-kekurangan yang kemudian harus diusahakan jalan pemecahanya.

Bandingkan dengan prinsip-prinsip Evaluasi Supervisi Pendidikan yang meliputi:
1. Evaluasi melibatkan waktu tiga dimensial (Harus mempertimbangkan waktu lampau, sekarang dan akan dating)
2. Situasi memiliki multi nilai (Setiap nilai tidak selalu muncul pada waktu yang terpisah. Bisa saja suatu nilai dimiliki banyak orang dalam suatu waktu, dipihak lain, pada suatu waktu dan dalam memandang suatu kejadian, orang memiliki nilai yang berbeda)
3. Nilai-nilai dipengaruhi oleh siklus perubahan (Apa yang baik untuk suatu situasi bisa tidak baik pada situasi lainnya. Karena dipengaruhi oleh adanya perubahan-perubahan yang terjadi pada kurun tertentu. Situasi perubahan semacam ini juga harus diperhatikan oleh evaluator program Supervisi Pendidikan)
4. Nilai- nilai harus dicapai melalui media yang sesuai (Untuk mencapai nilai-nilai dalam Supervisi Pendidikan dari berbagai keadaan perlu juga digunakan media formal dan informal. Media formal antara lain meliputi skala sikap, tes, wawancara terprogram, dll)
5. Evaluasi memiliki kontinyuitas (Evaluasi Supervisi Pendidikan harus dilaksanakan secara terus menerus selama proses berlangsung)
6. Evaluasi melibatkan usaha kooperatif dan penafsiran individual secara bersama-sama (Evaluasi Supervisi Pendidikan dapat dilaksanakan oleh individu-individu akan tetapi hasil akhir yang merupakan kesimpulan harus diambil bersama-sama)
7. Evaluasi merupakan suatu proses kreatif (Kreatifitas sangat diperlukan dalam evaluasi terutama untuk memberi arti terhadap kemajuan agar memperoleh nilai yang cermat).[9]

   Evaluasi Program Supervisi Pendidikan Penting karena dilandasi beberapa hal:
1.    Perlunya penerapan dan pemeliharaan berbagai pelayanan sesuai dengan fungsi Supervisi Pendidikan.
2.    Perlunya penilaian terhadap pelayanan yang telah diberikan kepada para anggota/staf.
3.    Perlunya perencanaan perbaikan personil supervisi, prosedur supervisi, dan pelayanan supervisi.
4.    Perlunya untuk pencairan, latihan, dan seleksi kepala sekolah dan supervisor agar mencapai kualifikasi keterampilan dan kemampuan guru. [10]

Prinsip umum dalam menyusun program evaluasi yang dekat bagi supervisor adalah:
1.    Komprehensif (para perencana suatu program evaluasi harus memahami aspek-aspek atau ruang lingkup dan menentukan aspek- aspek apa saja yang akan dievaluasi dengan memperhatikan dan memperhitungkan seluruh aspek dalam situasi pendidikan untuk dituangkan dalam program evaluasi).
2.    Kooperatif dan harus merupakan bagian yang integral dari program supervisi pendidikan.
3.    Harus kontinyu dan berintegrasi dengan kurikulum. (evaluasi dalam supervisi pendidikan harus merupakan suatu proses yang kontinyu atau terus-menerus sebelum, saat berlangsung, akhir dan follow up sesuatu kegiatan/perkembangan. Observasi sehari-hari, wawancara, ulangan-ulangan dan sebagainya dapat dimanfaatkan supervisi sebagai suatu prosedur-prosedur evaluasi untuk menilai dan membina perbaikan situasi.
4.    Harus obyektif (penyusunan program supervisi pendidikan harus dilakukan atas data-data yang up to date dan obyektif semata. Data-data dimaksud bisa berupa pengalaman-pengalaman sebelumnya. Pelaksanaanya harus didasarkan pada kenyataan yang ada (tujuan organisasi, kapasitas organisasi, biaya dan tenaganya). [11]
5.    Harus ada penghargaan terhadap partisipasi peserta (dalam segala aspek dan proses penyusunan evaluasi supervisi pendidikan harus menghargai para peserta atau partisipan baik secara kelompok maupun secara individual. Titik berat penghargaan itu sebaiknya atas adanya prestasi yang dicapai.
6.    Adanya keamanan reponden (ditilik dari  kepentingan subyek yang dievaluasi, bahan-bahan supervisi pendidikan perlu memperhatikan segi security responden mengenai identitasnya. Untuk itu sebaiknya jawaban diberikan secara anonim (tanpa nama)).
7.    Adanya jawaban-jawaban yang telah tegas (jika jawaban-jawaban yang diharapkan dari responden berupa tanggapan dan pendapat (opini) maka sebaiknya dalam penyusunan program evaluasi menggunakan jawaban-jawaban yang tegas guna lebih menjamin tersembunyinya pertimbangan-pertimbangan responden, misal, “ya” dan “tidak” atau berbentuk “ya”, “tidak”, dan “tidak tahu’. Selain itu yang lebih baik adalah disediakan lima alternatif jawaban, dimana diberikan dua fase diantara jawaban ekstrim positif, dan jawaban ekstrim negatif. Misalnya (a)setuju sekali, (b)setuju, (c) ragu-ragu,(demokratis) tidak setuju, (e) sama sekali tidak setuju).
8.    Penggunaan sampel yang cukup besar (jika evaluasi disusun untuk suatu komplek fenomena (gejala-gejala), maka pergunakan sampel (cuplikan dari pada orang-orang yang diselidiki) yang cukup besar.[12]

D.  Proses Evaluasi Supervisi Pendidikan
Proses evaluasi seorang supervisor dapat mempertimbangkan untuk melakukan sendiri (single process) atau bersama-sama dengan stafnya (cooperative process). Evaluasi hendaknya dilakukan secara kooperatif dengan prinsip demokratis dan prinsip “musyawarah”. Langkah-langkah yang dapat ditempuh supervisor adalah:
1.    Merumuskan tujuan evaluasi
2.    Menyeleksi alat-alat evaluasi
3.    Menyusun alat evaluasi
4.    Menerapkan alat-alat evaluasi
5.    Mengolah hasil-hasil evaluasi
6.    Menyimpulkan hasil-hasil evaluasi
7.    Follow up evaluasi
    
Untuk mempermudah proses perumusan tujuan sebaiknya terlebih dahulu diadakan survey atau penelitian sebagai usaha menginventarisasi kebutuhan-kebutuhan evaluasional suatu situasi, dengan cara:
1.    Metode analisis, umumnya untuk menganalisa kebutuhan-kebutuhan untuk mengevaluasi dalam situasi.
2.    Metode angket,  mengumpulkan pendapat-pendapat secara tertulis dari pihak-pihak yang bersangkutan secara langsung maupun tidak langsung.
3.    Metode wawancara, menanyakan langsung secara lisan pendapat-pendapat dari pihak-pihak yang bersangkutan mengenai kebutuhan-kebutuhan tersebut.



-Semoga Bermanfaat-



[1] Hasibuan, Malayu, Manajemen Sumber daya Manusia,(jakarta: Bumi Akasara, 2007), 45
[2] Elsbree, W.S., Harold J. Mc.N. and Richard W. Elementary School Administration and Supervision. (Third Edition. New York: American Book Company, 1967), 166
[4] Kunandar, Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) dan sukses dalam sertifikasi guru, (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2007), 104
[5] Mulyasa, E. Menjadi Guru Profesional, Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2005), 134
[6] Burton, W.S., and Lee J.B., Supervision, New York: (Applenton Century-Croff, Inc. 1955), 656
[7] Mulyasa, E. Menjadi Guru…….. 64
[8] Rachmawati, Ike Kusdyah, Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta: Andi: 2008),102
[9] Mildred E. Swearingen, Supervision of instruction, 1962., 233-238
[10] Uzer Usma, Moh, Menjadi Guru Profesional, (Bandung: Remaja Rosda Karya, 2003), 85
[11] Kunandar, Guru Profesional….. 54
[12] Ametembun, N.A., Supervisi Pendidikan – Penuntun Bagi Para Pembina Pendidikan, Kepala Sekolah dan Guru-guru. (Cetakan kedua, Bandung: Rama, 1971), 92-93

Tidak ada komentar:

Posting Komentar