METODE STUDI ISLAM RICHARD MARTIN
Oleh: Aminatul Zahroh, S.P.d.I.,
M.Pd.I.
Metodologi berbicara tentang bagaimana
mengkaji data atau membahas bagaimana mengkajinya. Dalam bukunya Richard Martin
yang bertema Islam dan Studi Agama dapat
penulis simpulkan bahwa ada dua pendekatan dalam mengkaji hal itu yaitu
pendekatan “fenomenologi” dan
pendekatan “personalis atau dialogis”. Perang
Dunia I mampu mempengaruhi banyak sarjana untuk melakukan studi agma-agama.
Gagasan evolusi budaya dan paham tentang kemuajuan manusia mengalami gonangan
besar. Akibtnya, ada kebutuhan yang dirasa untuk menemukan pendekatan yang
membuka ekspresi otentik agama-agama lain untuk nberbicara tanpa pengaruh
nilai-nilai personal para sajana. Apa yang dibutuhkan adalah penilaian objektif
terhadap peran agama dalam kehidupan manusia sehingga muncul madzhab yang
dikenal sebagai fenomenologi agama.
Fenomenologi agama berusaha diterapkan pada manifestasi-manifestasi agama melalui
metode deskripsi murni dimana penilaian peneliti tentang nilai dan kebenaran
data agama di bawah penyelidikan yang secara sengaja ditangguhkan. Objek
ditangkap esensinya yang terleak di belakang fenomena keagamaan. Jika para Sarjana
abad 19 melahirkan cara-cara mengukur agama dengan menghindari sesuatu yang supernatural,
fenomenologi abad 20 ingin menundukkan pengalaman keagamaan manusia sebagai
respon atas realitas terdalam, bagaimanapun luar biasanya agama tidak dipandang
sebagai suatu tahapan dalam sejarah evolusi tetapi lebih sebagai aspek hakiki
dari kehidupan manusia.
Kontribusi terpenting fenomenologi dalam
tulisan-tulisan terbaru
memusatkan pada proses pemahaman yang terjadi ketika peneliti menghadapi objek.
Metode historiko filologi
lama mencari niat historis penulis teks dengan analisa tekstual, dengan kata
lain mencari makna asli sehingga tujuan penjelasan terhadap teks atau ritual
terlalu strukturalis, bukan makna historis, diakronik sebagai
makna holistik
sinkronik.
Fenomenologi juga sangat membutuhkan
pendekatan terbuka dan empatik untuk memahami fenomena keagamaan. Dalam studi
budaya atau studi manusia sebagai objeknya adalah seluruh perbuatan dan
tindakan manusia yang secara historis melibatkan bentuk-bentuk ekspresi artistik, intelektual, sosial, ekonomi, agama, politik dan ilmiah.
Tujuan memahami agama orang lain tidak
sekedar pengetahuan lintas budaya tetapi komunikasi lintas budaya juga
ditanamkan bersama dengan tujuan teologis pemahaman universal manusia.
Pendekatan lain yang digunakan Richard Martin adalah
pendekatan personalis atau dialogis, yaitu pendekatan yang
melibatkan dialog dalam rangka mencapai pemahaman lebih baik satu dengan yang
lainnya dan utamanya adalah atas dasar kemanusiaan pada umumnya. Pendekatan
personalis atau dialogis sesungguhnya dicurigai, jika tidak antagonistic
terhadap keasyikan dengan metodologi, karena banyak program analisis
menghendaki sikap berjarak antara peneliti dan yang diteliti.
Dalam hal ini, patut dicatat bahwa kebangkitan
baru dalam studi tentang agama-agama oleh antropolog budaya, sekalipun belum
diakui secara eksplisit dalam karya-karya sejarawan agama-agama, bagaimanapun
telah memperkuat agama sebagai satu bidang kajian. Islam tidak murni fenomena
Arab atau Timur Tengah tetapi Islam dapat dijumpai di Asia Tenggara, Cina, Uni
Soviet, Afrika Selatan, dan sebagian lain dunia dengan
kekuatannya yang mengesankan. Proses sosialisasi dan simbolisasi dimana Islam
diabadikan dalam lingkungan lokal,
berdampingan dengan Hinduisme, Kong
Hucu, Kristen, dan
ideologi-ideologi
sekuler, membuat studi tentang Islam sebagai aspek penting dalam studi agama-agama secara menyeluruh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar