Senin, 02 Desember 2013

STUDI ISLAM



METODE STUDI ISLAM RICHARD MARTIN

Oleh: Aminatul Zahroh, S.P.d.I., M.Pd.I.


Metodologi berbicara tentang bagaimana mengkaji data atau membahas bagaimana mengkajinya. Dalam bukunya Richard Martin yang bertema Islam dan Studi Agama  dapat penulis simpulkan bahwa ada dua pendekatan dalam mengkaji hal itu yaitu pendekatan “fenomenologi” dan pendekatan “personalis atau dialogis”. Perang Dunia I mampu mempengaruhi banyak sarjana untuk melakukan studi agma-agama. Gagasan evolusi budaya dan paham tentang kemuajuan manusia mengalami gonangan besar. Akibtnya, ada kebutuhan yang dirasa untuk menemukan pendekatan yang membuka ekspresi otentik agama-agama lain untuk nberbicara tanpa pengaruh nilai-nilai personal para sajana. Apa yang dibutuhkan adalah penilaian objektif terhadap peran agama dalam kehidupan manusia sehingga muncul madzhab yang dikenal sebagai fenomenologi agama.
Fenomenologi agama berusaha diterapkan pada manifestasi-manifestasi agama melalui metode deskripsi murni dimana penilaian peneliti tentang nilai dan kebenaran data agama di bawah penyelidikan yang secara sengaja ditangguhkan. Objek ditangkap esensinya yang terleak di belakang fenomena keagamaan. Jika para Sarjana abad 19 melahirkan cara-cara mengukur agama dengan menghindari sesuatu yang supernatural, fenomenologi abad 20 ingin menundukkan pengalaman keagamaan manusia sebagai respon atas realitas terdalam, bagaimanapun luar biasanya agama tidak dipandang sebagai suatu tahapan dalam sejarah evolusi tetapi lebih sebagai aspek hakiki dari kehidupan manusia.
Kontribusi terpenting fenomenologi dalam tulisan-tulisan terbaru memusatkan pada proses pemahaman yang terjadi ketika peneliti menghadapi objek. Metode historiko filologi lama mencari niat historis penulis teks dengan analisa tekstual, dengan kata lain mencari makna asli sehingga tujuan penjelasan terhadap teks atau ritual terlalu strukturalis, bukan makna historis, diakronik sebagai makna holistik sinkronik.
Fenomenologi juga sangat membutuhkan pendekatan terbuka dan empatik untuk memahami fenomena keagamaan. Dalam studi budaya atau studi manusia sebagai objeknya adalah seluruh perbuatan dan tindakan manusia yang secara historis melibatkan bentuk-bentuk ekspresi artistik, intelektual, sosial, ekonomi, agama, politik dan ilmiah.  Tujuan memahami agama orang lain tidak sekedar pengetahuan lintas budaya tetapi komunikasi lintas budaya juga ditanamkan bersama dengan tujuan teologis pemahaman universal manusia.
 Pendekatan lain yang digunakan Richard Martin adalah pendekatan personalis atau dialogis, yaitu pendekatan yang melibatkan dialog dalam rangka mencapai pemahaman lebih baik satu dengan yang lainnya dan utamanya adalah atas dasar kemanusiaan pada umumnya. Pendekatan personalis atau dialogis sesungguhnya dicurigai, jika tidak antagonistic terhadap keasyikan dengan metodologi, karena banyak program analisis menghendaki sikap berjarak antara peneliti dan yang diteliti.
Dalam hal ini, patut dicatat bahwa kebangkitan baru dalam studi tentang agama-agama oleh antropolog budaya, sekalipun belum diakui secara eksplisit dalam karya-karya sejarawan agama-agama, bagaimanapun telah memperkuat agama sebagai satu bidang kajian. Islam tidak murni fenomena Arab atau Timur Tengah tetapi Islam dapat dijumpai di Asia Tenggara, Cina, Uni Soviet, Afrika Selatan, dan sebagian lain dunia dengan kekuatannya yang mengesankan. Proses sosialisasi dan simbolisasi dimana Islam diabadikan dalam lingkungan lokal, berdampingan dengan Hinduisme, Kong Hucu, Kristen, dan ideologi-ideologi sekuler, membuat studi tentang Islam sebagai aspek penting dalam studi agama-agama secara menyeluruh.   





Tidak ada komentar:

Posting Komentar